Koran Sulindo – Adolf Hitler tengah duduk di bangku rotan memperhatikan peta pertempuran ketika dikenalkan kepadanya seorang pria dengan penutup mata dan tas kuning.
Itu pukul 12:40 malam di markas besar Front Timur yang terletak di Wolf’ Lair di Rastenburg.
“Fuhrer, ini Kolonel Count Claus Schenck von Stauffenberg, yang akan menjelaskan kepada Anda tentang divisi baru,” kata Komandan Tertinggi Tentara Jerman Marshal Field Wilhelm Keitel kepada Hitler
Tentu saja Fuhrer tahu siapa Stauffenberg. Ia sendirilah yang telah merekomendasikannya sebagai pemuda berbakat kepada Albert Speer, menteri yang bertanggung jawab pada persenjataan dan produksi perang.
ruangan itu selain Fuhrer, Keitel dan Stauffenberg di ruangan itu tercatat ada 21 orang termasuk para jenderal dan staf.
Ketika rapat dilanjutkan, Stauffenberg meletakkan tas kerjanya sekaligus mengatakan pada Keitel bahwa tengah menunggu panggilan penting dari Berlin dan meninggalkan tempat itu.
Tepat pukul 12:42, sebuah kilat api menyilaukan tercipta ketika dua pon bahan peledak mengguncang ruangan itu kurang dari enam kaki dari Fuhrer yang tercengang.
Dalam memoarnya tahun 1964, Jenderal Walter Warlimont yang juga berada di sana menggambarkan adegan.
“Dalam sekejap ruang itu seperti pemandangan kehancuran akibat serbuan. Tidak ada apa-apa kecuali orang-orang yang terluka mengerang, bau tajam terbakar, dan fragmen-fragmen hangus peta dan kertas-kertas berkibar tertiup angin. Saya terhuyung dan melompat melalui jendela.”
Beberapa orang tewas seketika atau kemudian karena luka-luka mereka, tetapi bukan target utama pembunuhan itu, Hitler.
Ketika ledakan, yang melintas di kepala Hitler markas telah diserang pengeboman Sekutu.
Ia menemukan dirinya terbaring di lantai di sebelah pintu kiri dengan gendang telinganya pecah, siku kanan terluka, pakaian dan rambutnya terbakar sementara tubuhnya berselimut kayu bekas reruntuhan langit-langit.
Pikiran lain segera menyusul, ledakan itu adalah serangan paratroop Rusia. Ia mendengar Keitel berteriak dalam hiruk-pikuk, “Di mana Fuhrer?”
Ketika menemukan pimpinannya, Hitler dibimbingnya keluar dari pondok dan kembali ke bunkernya sendiri.
Kepada dokternya Dr. Thedor Morell, Hitler yang bersukacita membual; “Saya kebal! Saya abadi!”
Hitler juga sempat memikirkan kemungkinan bahwa ledakan dipicu bom tanam yang dipasang salah satu pekerja konstruksi.
Semua perkiraan itu dibantah sekretaris terpercayanya, Martin Bormann yang mengidentifikasi pelaku sebenarnya yakni Stauffenberg kolonel bermata satu yang dilihat seroang sersan dari persinyalan meninggalkan pondok tepat sebelum ledakan.
Stauffenberg berada di Wol’s Lair sebagai pengirim bom atas perintah Jenderal Erich Fellgiebel, konspirator utama yang menjabat komandan sinyal untuk seluruh Tentara Jerman.
Baik Stauffenberg maupun Fellgiebel percaya, ledakan dari tas berisi bom yang setara tembakan langsung peluru artileri 155mm bakal membunuh semua orang di ruangan itu. Alasan yang dibutuhkan untuk meluncurkan Operasi Valkyrie, sebuah rencan cadangan yang didesai menjaga Reich Ketiga dalam keadaan darurat.
Dua faktor terpenting yang menjadi kuci keberhasilan kudeta itu adalah kematian Hitler dan pemutusan komunikasi Wolf’s Lair dengan dunia luar baik itu berupa radio, telepon hingga teleprinter.
Kematian Hitler menjadi tanggung jawab Stauffenberg, sementara Fellgiebel berurusan dengan komunikasi.
Begitu menyadari Hitler selamat, pernyataan Fellgiebel mengomentari serangan di Wolf’s Lair pendek saja. “Itulah yang terjadi ketika Anda menempatkan markas begitu dekat dengan front pertempuran.”
Tidak, sebenarnya dia lebih banyak tahu lebih banyak.
Di hari yang sama Hitler menerima Benito Mussolini pada jam 2:30 siang sekaligus mengajaknya berjalan-jalan melihat reruntuhan pondok.
Pada pukul 4 sore, segera terlihat dengan jelas bahwa kudeta skala besar terjadi tak hanya di Reich, tetapi juga di wilayah lain yang diduduki Jerman termasuk di Paris di mana semua orang-orang Gestapo ditangkap Angkatan Darat.
Sebuah buletin yang dirilis Kementerian Pertahanan di Berlin pada 3:50 sore menegaskan kematian Hitler sekaligus mengumumkan bahwa mereka di Angkatan Darat yang sekarang berkuasa.
“Sekarang saya tahu mengapa semua rencana besar saya di Rusia gagal dalam beberapa tahun terakhir. Itu semua adalah pengkhianatan! Tapi bagi para pengkhianat itu, kita sudah menang sejak dulu,” kata Hitler yang merasa dikhianati Fellgiebel.
“Sekarang kita akan mencari tahu apakah Fellgiebel memiliki hubungan langsung ke Swiss dan menyerahkan semua rencanaku ke Rusia. Dia harus diinterogasi dengan segala cara! ”
Seandainya plot tanggal 20 Juli 1944 itu berhasil, Fellgiebel adalah seorang menteri dalam pemerintahan yang baru pasca-Hitler.
Ya, kudeta itu pada akhirnya gagal digagalkan Dr. Josef Goebbels, Menteri Propaganda Nazi dan seorang anak buah Speer yang disebut pada dasarnya tidak penting, “Seorang mayor Angkatan Darat Jerman bernama Otto Ernst Remer.”
Remer, adalah komandan Resimen Pengawal Jerman Raya yang bertanggung jawab atas berlin dan ditugaskan menangkap Goebbels dan menerima mayor berusia 32 tahun itu di kantornya.
Di tahun 1990, Remer yang berusia 70 tahun menegaskan bahwa kedatangannya kepada Goebbels adalah untuk memperingatkannya tentang pengkhianatan, bukan untuk menangkapnya.
“Führer masih hidup! Dia hidup. Saya berbicara dengannya beberapa menit yang lalu. Sebuah klik kecil jenderal yang ambisius telah memulai serangan militer ini. Trik kotor, tipuan paling kotor dalam sejarah,” kata Goebbels kepada Remer.
Membuktikan ucapannya, Goebbels segera membuat panggilan telepon prioritas ke Rastenburg di mana Hitler tengah menunggunya. Goebbels menyerahkan telepon kepada Remer dan lawan bicaranya itu bertanya, “Apakah Anda mengenali suara saya?”
Tentu saja Remer mengenali Hitler, akhir pembicaraan telepon itu menandai titik balik kudeta. Remer dan pasukannya bertanggung jawab memulihkan keamanan di Berlin sampai kedatangan Heinrich Himmler, pemimpin SS yang secara efektif menumpas pelaku kudeta.[TGU]