Koran Sulindo – Partai Amanat Nasional mengklaim tak menerima imbalan berupa mahar apapun dari calon wakil presiden Sandiaga Uno agar mendukung pencalonannya.

Wakil Ketua Dewan Kehormatan PAN Drajad Wibowo mengatakan uang yang disebut sebagai mahar sebenarnya merupakan dana kampanye yang disediakan Sandiaga.

Sebagai kandidat,  kata Dradjad, sudah sewajarnya penyediaan dana ditanggung oleh Sandiaga.

“Saya tegaskan untuk kesekian kali, sama sekali tidak ada uang satu sen pun yang diserahkan Sandi ke PAN untuk pencalonan dia. Jadi dari mana maharnya?” kata Drajad seperti dilansir Republika.co.ida, Minggu (12/8).

Tak hanya hanya Sandi, menurut Drajad, setiap anggota tim sukses yang mampu bakal turut membiayai atau patungan untuk dana kampanye.

“Semua anggota timses yang mampu secara finansial juga akan patungan keluar uang untuk kampanye. Membuat kaos dan lain-lain kan perlu biaya,” kata Drajad.

Sebelumnya PAN berniat menuntut Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief yang di akun twitternya menuduh PAN dan PKS menerima mahar masing-masing sebesar Rp 500 miliar dari Sandiaga Uno. Mahar itu dimaksudkan untuk memuluskan jalan Sandi menjadi cawapres Prabowo Subianto.

Tak terima dengan tuduhan itu baik PAN maupun PKS sempat berkoar bakal menuntut Andi Arief ke ranah hukum.

Ketua DPP PKS Ledia Hanifa menyebut tudingan Andi Arief sangat serius karena mahar politik dalam proses pencalonan presiden adalah tindakan pidana pemilu yang fatal.

“Pernyataan Andi Arief jelas fitnah keji. Ini tudingan tidak main-main yang memiliki konsekuensi hukum terhadap yang bersangkutan,” kata Leida.

Tak kalah garang dengan PKS, Ketua DPP PAN Yandri Susanto juga meminta Andi mencabut ucapannya jika tidak ingin dituntut secara hukum.

“Itu tidak benar dan fitnah, ya. Dan mulut comberan Andi Arief itu harap disetop itu. Kalau nggak, kita akan kita tuntut dia di meja hukum,” kata Yandri.

Sementara itu Waseksjen Partai Demokrat Andi Arief mengaku tak gentar jika PAN, PKS atau Gerindra bakal tuduhannya itu kepada pihak berwajib.

“Oh silakan saja. Saya tidak ada komunikasi dengan mereka. Jadi kalau ingin ke pengadilan silakan saja,” kata Andi.

Lebih lanjut Andi bahkan mengklaim memiliki tiga saksi terkait hal tersebut. “Sudah ada 3 saksi dan puluhan yang mendengar,” kata Andi.

Selain itu, Andi juga menyebut dirinya tidak pernah disinggung PKS dan Gerindra terkait cuitannya.

“Dia (Prabowo) tahu persis saya kalau saya mengatakan sesuatu ngotot dan bener, ia yakin itu juga bener. Tidak ada pengingkaran dari apa yang saya bilang. Saya tidak pernah berpura-pura bersandiwara dramaturgi dan Pak Prabowo tahu itu,” kata Andi.

Sebelumnya, tak hanya mengumbar tuduhan tentang mahar politik, Andi Arief menyebut Prabowo Subianto sebagai ‘jenderal kardus’.

Andi menjelaskan alasan dirinya menyebut Prabowo ‘Jenderal Kardus’ karena geram dengan politik transksional Ketua Umum Partai Gerindra itu.

Dia juga menganggap pantas Prabowo disebut ‘Jenderal Kardus’, lantaran langkahnya yang tak cakap dalam memperhitungkan harmonisasi koalisi.

“Pertama Demokrat itu dalam posisi diajak oleh Jenderal Prabowo untuk berkoalisi. Diajak ya, kita tidak pernah menawarkan siapa-siapa (berkoalisi) walau Pak Prabowo menawarkan AHY untuk jadi wakilnya,” kata Andi di Rumah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jalan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (9/8) dini hari. [TGU]