Koran Sulindo – Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim diterima Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (4/7), kurang-lebih pukul 09.00 WIB. Jokowi langsung mengajak Jim Yong berbincang santai di beranda. Keduanya rencananya akan mengunjungi Desa Tangkil di Kabupaten Bogor. Tujuannya: meninjau Pos Pelayanan Keluarga Berencana Kesehatan Terpadu (Posyandu) dan mengunjungi salah satu tempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Hubungan Indonesia dan Bank Dunia memang semakin mesra. Dalam keadaan ekonomi yang pas-pasan, Indonesia bahkan dengan senang hati akan menjamu dan menjadi tuan rumah Annual Meeting IMF-World Bank yang akan berlangsung di Bali pada Oktober 2018 nanti.
Sebaliknya, Bank Dunia juga bermurah hati untuk memberikan pinjaman. Dalam Juni 2018 lalu saja ada setidaknya komitmen dari Bank Dunia untuk memberikan utang ke Indonesia.
Pada 2 Juni lalu, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Rodrigo Chaves mengatakan, lembaganya menyetujui permohonan pinjaman US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,2 Triliun (kurs Rp 14.000) untuk Indonesia. Pinjaman itu untuk meningkatkan prasarana dan pelayanan dasar yang relevan dengan pariwisata, memperkuat hubungan ekonomi lokal dengan kepariwisataan, dan menarik investasi swasta di Indonesia.
“Kalau direncanakan dan dikelola dengan baik, pariwisata dapat menghasilkan lapangan kerja yang besar dan melipatgandakan pendapatan bagi Indonesia. Infrastruktur dasar yang lebih baik dan belanja oleh para pengunjung dapat menghasilkan efek ekonomi yang signifikan di daerah-daerah yang memiliki keterbatasan untuk pemerataan kemakmuran,” tutur Chaves melalui pernyataan tertulisnya, sebagaimana diberitakan Antara, 2 Juni 2018.
Lebih lanjut ia menungkapkan, bantuan pendanaan dapat mendukung alokasi anggaran dari APBN untuk pembangunan infrastruktur terpadu di kawasan pariwisata nasional. Investasi proyek pariwisata ini akan dimulai pada tiga tujuan utama: Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat; segitiga Borobudur-Yogyakarta-Prambanan di Jawa, dan; Danau Toba di Sumatera Utara.
Lalu, pada 16 Juni 2018, Chaves kembali menginformasikan, Bank Dunia memberikan pinjaman lagi ke Indonesia sebesar US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun. Utang ini untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pemerintah Indonesia, yakni Program Indonesia Sehat.
“Kesehatan penting agar Indonesia dapat memenuhi berbagai tujuan, dengan warganya sehat dan makmur, memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi pada pertumbuhan dan perkembangan negara yang luar biasa,” tutur Chaves.
Chaves kembali memberikan informasi pada 23 Juni 2018 bahwa lembaganya memberikan pinjaman lagi ke Indonesia, total sebesar US$ 650 juta atau sekitar Rp 9,1 triliun (kurs Rp 14.102). Pinjaman tersebut ditujukan untuk memperbaiki nutrisi bagi jutaan anak dan sistem irigasi modern bagi ratusan ribu petani di Indonesia.
Pinjaman tersebut untuk dua sektor. Pinjaman pertama senilai US$ 400 juta atau sekitar Rp 5,6 triliun untuk Program Investing in Nutrition and Early Years, yang akan turut mengurangi stunting atau masalah kekurangan gizi pada anak, dengan meningkatkan akses layanan utama, seperti kesehatan, gizi, hingga pendidikan dan sanitasi bagi ibu hamil dan anak usia di bawah dua tahun. Pinjaman kedua tercatat sebesar US$ 250 juta atau Rp 3,5 triliun untuk mendanai Proyek Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation, yang memberi manfaat bagi sekitar 887.000 keluarga petani melalui sistem irigasi yang lebih andal dan tahan iklim.
Bank Dunia, lanjut Chaves, menyambut baik investasi penting dari pemerintah Indonesia untuk infrastruktur dan modal manusia. Karena, kedua hal itu dinilai sangat penting untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan. “Kalau negara melakukan investasi pada dua prioritas ini sekarang, masa depan Indonesia akan lebih menjanjikan,” tutur Chaves dalam keterangan resminya, 23 Juni lalu. [RAF]