Koran Sulindo – Para pejabat Amerika Serikat, termasuk juga Presiden AS, Donald J Trump harus menjaga lidah mereka ke publik, yang dapat menyinggung perasaan bangsa lain.

Hal itu sebagaiman disampaikan Pengamat hubungan internasional, Teguh Santosa saat dihubungi Koransulindo.com akhir ini.

“Dalam situasi macam begini, teknik komunikasinya harus disesuaikan,” kata Teguh, Sekjen Perhimpunan Persahabatan Korea Utara.

“Ada saatnya kita bicara untuk disampaikan depan publik, ada juga pembicaraan di belakang yang tidak perlu disampaikan.”

Menurutnya, para pejabat AS dalam berbagai statmennya kerap menggunakan diksi yang menyinggung. Termasuk Wapres AS Mike Pence yang mengatakan Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) bisa ‘berakhir seperti Libya’.

“Dalam hal diksi atau penggunaan istilah, seringkali AS menggunakan yang menyinggung itu tidak boleh karena merusak,”  kata Teguh.

Terkait kembali terbukanya peluang pertemuan Trump dan Jong-un, sebagaiman yang dimuat situs berita Reuters, berjudul “On again? Trump says still chance of June 12 North Korea summit”, Teguh menilai itu hal yang bagus.

Menurutnya Jong-un juga harus mulai belajar jika di zaman sekarang ini, tidak ada lagi ‘polisi dunia’.

“Pertemuan itu bagus-bagus saja. Tapi ini untuk Kim Jong-un, harus mulailah mempelajari, Amerika bukan ‘Polisi dunia’. Di zaman ini, tidak ada ‘polisi dunia’, superpower tidak ada. Tidak boleh main tekan. Tidak bisa mengatakan ‘Polisi dunia’,” kata Teguh.

Teguh menyayangkan ucapan Amerika yang mengklaim pertemuan pemimpin DPRK Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, adalah buah tekanan AS.

“Itu sangat sensitif, bisa membuat keduanya terganggu lagi. Pertemuan Korea Utara dan Selatan adalah kemauan bangsa Korea sendiri. Tidak ada tekanan. Biarlah bangsa korea menentukan sendiri kedepannya. Mereka lebih tua dari Amerika,” kata Teguh.

Trump membatalkan rencana Pertemuan Tingkat Tinggi pertemuan pertama dalam sejarah antara pemimpin AS dan DPRK. Menurut rencana semula, pertemuan itu bakal digelar di Singapura pada 12 Juni mendatang.

Keputusan Trump diambil dengan dalil DPRK berulang kali mengancam akan mundur dari pertemuan puncak di Singapura sebagai balasan terhadap pernyataan penuh permusuhan dari pejabat di Gedung Putih.

“Berdasarkan kemarahan dan perselisihan yang ditunjukan oleh statement anda baru-baru ini, saya merasa itu tidak pantas,” tulis Trump dalam sebuah surat yang diunggah di akun Twitternya, Kamis (24/5).

Sejak awal, Trump menginginkan sesuatu yang tak akan pernah diberikan Kim Jong un. Pyongyang tak bakal menyerahkan seluruh program nuklirnya, sebelum AS memberikan sesuatu yang nyata.

Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Wakil Presiden Mike Pence memperingatkan Kim Jong-un yang dinilai mempermainkan AS.

Pence menyebut Jong-un melakukan kesalahan besar jika mempermainkan AS. Pence mengulangi ancaman yang dilontarkan John Bolton bahwa Korut bisa berakhir seperti Libya ‘jika Kim Jong-un tidak membuat kesepakatan.’

Wakil Menteri Luar Negeri DPRK Choe Son Hui pun bereaksi keras. Dia menyebut pernyataan Pence sebagai dungu dan bodoh.

“Jika AS melecehkan niat baik kami dan bertindak tidak sesuai dengan hukum, saya akan memberi saran kepada pemimpin kami untuk mempertimbangkan pertemuan dengan AS,” kata Choe.

Pyongyang menghadapi tekanan AS untuk mewujudkan denuklirisasi di semenanjung. Pyongyang mengaku tidak tertarik pada KTT AS-Korut jika hanya terfokus pada program senjata nuklir Korea Utara.

“Jika AS mencoba memojokkan kami dengan memaksakan melucuti nuklir secara sepihak, kami tidak lagi tertarik pada dialog itu,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Korut Kim Kye-gwan dalam sebuah pernyataan.

“Tidak dapat dihindari untuk mempertimbangkan kembali apakah akan menanggapi KTT dengan AS pada bulan depan,” kata Kim.

Lebih lanjut Kim menuding Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton sebagai biang keladi kegagalan pertemuan itu.

Bolton mendesak Pyongyang agar segera meninggalkan ambisi senjata nuklirnya yang dilakukan Libya.

“Kami menjelaskan kualitas Bolton yang sudah ada di masa lalu, dan kami tidak menyembunyikan perasaan jijik kami terhadapnya,” kata Kim. (TGU)