Ilustrasi/kabarburuh.com

Koran Sulindo – Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengatakan jumlah buruh yang berserikat turun drastis, sementara jumlah federasi dan konfederasi meningkat tajam. Saat ini jumlah konfederasi sebanyak 14 buah, dari sebelumnya 3 buah. Sebagai perbandingan, jumlah konfederasi buruh di Amerika Serikat hanya 1 buah.

Sedangkan jumlah federasi sebanyak 120 buah dari sebelumnya 91 buah.

Selain itu jumlah Pimpinan Unit Kerja (PUK) juga turun, kini hanya tersisa 7 ribu PUK. Sedangkan pada 2011 berjumlah sekitar 14 ribu PUK. Perusahaan yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan berjumlah sekitar 400 ribuan, sehingga idealnya harus ada 400 ribuan PUK.

“Ini cukup aneh. Di awal era reformasi ada 9 juta pekerja yang berserikat, tapi sekarang tersisa 2,7 juta pekerja yang berserikat. Yang menarik struktur organisasi buruh di Indonesia tumbuh kuat ke atas. Tapi, basisnya keropos,” kata Hanif, saat menghadiri Rakornas Konfederasi Serikat Nusantara (KSN) di Karawang, Jawa Barat, Sabtu (22/4/2018), seperti dikutip antaranews.com.

Jumlah federasi dan konfederasi yang semakin banyak menunjukkan jumlah struktur elitnya bertambah.

“Jadi bisa disimpulkan pergerakan itu terjadi di lapisan elit. SP/SB kita basisnya keropos. SP/SB kita kekuatan politiknya lemah karena keanggotaannya merosot, karena PUK nya merosot,” katanya.

Menurut Hanif, tolak ukur berhasil atau tidaknya pergerakan buruh dilihat dari jumlah perusahaan yang memiliki serikat pekerja dan jumlah buruh yang masuk dalam serikat itu.

Turunnya jumlah buruh yang masuk ke serikat perlu dipertanyakan.

“Apakah SP/SB sudah dapat memenuhi harapan anggotanya atau hanya dijadikan alat politik bagi elitnya,” katanya.

Hanif menegaskan ini adalah pekerjaan rumah bagi serikat buruh di Indonesia.

Peran organisasi pekerja/buruh diharapkan tidak melemah karena berbagai kepentingan yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan anggota.

“Pantas saja makin sedikit buruh berserikat, makin sedikit PUK, karena pengusaha sering melakukan union busting (pemberangusan SP/SB). Itu alasan buruh. Sedangkan pengusaha bilang, tentu saja jumlah buruh berserikat menurun, PUK menurun, karena pimpinan serikatnya terlalu banyak main politik,” kata Hanif.

Penyataan senada pernah dipaparkan Menaker saat membuka Seminar dan Kongres Federasi Serikat Pekerja Sinergi BUMN, di Hotel Grand Tjokro, Bandung, Jawa Barat, Rabu (28/3/2018) lalu.

Saat itu Menaker menyarankan sebaiknya dalam satu perusahaan hanya terdapat 1 serikat saja, agar optimal dalam memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan terhadap perusahaan mereka.

“Seperti di Jakarta Utara, ada satu perusahaan pegawainya sedikit tapi jumlah serikatnya 5. Ini perlu konsolidasi oleh seluruh konfederasi agar perjuangan buruh efektif,” kata Hanif, seperti dikutip antaranews.com.

Hari Buruh Internasional

Sementara itu  Polri menyiapkan pengamanan aksi memperingati Hari Buruh Internasional atau Mayday, di Ibu Kota Jakarta dan wilayah lainnya pada 1 Mei nanti.

Mayday tahun ini akan diperingati dengan tagline ‘Mayday is Funday’.

“Artinya Mayday itu hari untuk bersenang-senang, dan akan kita fasilitasi, kita amankan kegiatan-kegiatan,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto, di Mapolda Metro Jaya, Rabu (18/4/2018). [YMA/DAS]