Ilustrasi economist.com yang dibuat Dave Simonds

Koran Sulindo – Dengan adanya skandal data privasi dari Facebook yang diambil Cambridge Analytica, banyak pengguna Facebook waswas. Di Indonesia pun ada seorang dosen yang mengungkapkan kekhawatirannya lewat surat terbuka yang ditulis di status akun Facebook-nya. Surat itu ditujukan kepada pihak Facebook.

Apalagi kemudian terungkap pula, selama bertahun-tahun ternyata Facebook mengumpulkan catatan panggilan dan data pesan pendek (SMS) dari gawai berbasis Android. Sejumlah pengguna Twitter mengatakan, mereka mendapati bulan atau tahun data riwayat panggilan dalam file data Facebook yang bisa diunduh.

“Wow, file Zip Facebook saya yang telah dihapus berisi info tentang setiap panggilan telepon seluler tunggal dan teks yang saya buat selama sekitar satu tahun,” ungkap pengguna Twitter Mat Johnson, seperti dikutip dari The Verge, Minguu (25/3).

Dylan McKay, pengguna lainnya, juga merasa heran karena Facebook memiliki seluruh riwayat panggilan dirinya dengan ibu pasangannya. “Entah bagaimana caranya,” tutur McKay. Ada juga yang telah menemukan pola serupa. Kontak yang terlihat dekat, antara lain anggota keluarga, merupakan yang dilacak dalam catatan panggilan Facebook.

Dilaporkan Ars Technica, Facebook telah meminta akses ke kontak, data SMS, dan riwayat panggilan di perangkat Android untuk meningkatkan algoritma saran teman. Cara ini juga untuk membedakan antara kontak bisnis dan sahabat.

Kemungkinan, Facebook mengumpulkan data ini melalui aplikasi Messenger-nya, yang sering mendorong pengguna Android untuk mengambil alih sebagai klien SMS default. Baru-baru ini, Facebook menawarkan konfirmasi untuk “terus mengunggah” data kontak, termasuk riwayat panggilan dan teks.  Tapi, tidak jelas kapan konfirmasi ini mulai muncul sehubungan dengan pengumpulan data historis. Menurut Ars Technica, Facebook telah melakukan itu selama bertahun-tahun, khususnya ketika Android melonggarkan izin akses.

Izin akses pada perangkat Android oleh Google memang telah diubah agar lebih jelas dan terperinci. Tapi, pengembang dapat melewati tahapan itu dan terus mengakses panggilan dan data SMS sampai Google menghentikan API Android lama pada Oktober 2017 lalu.

Facebook merespons temuan tersebut. Tapi, menurut mereka, sangat normal untuk aplikasi dapat mengakses riwayat panggilan telepon pengguna ketika pengguna mengunggah kontak ke aplikasi media sosial. “Bagian terpenting dari aplikasi dan layanan yang membantu Anda membuat koneksi adalah membuatnya mudah untuk menemukan orang-orang yang ingin Anda hubungi,” kata Juru Bicara Facebook.

Itu sebabnya, tambahnya, ketika pengguna pertama kali masuk ke aplikasi pesan atau media sosial melalui perangkatnya, praktik yang banyak digunakan adalah memulai mengunggah kontak ponselnya.

Sementara itu, laporan terbaru dari agensi pemasaran konten Fractl mengungkapkan, data pribadi itu memiliki nilai tersendiri, khususnya dalam “the dark web” atau situs gelap. Menurut penelusuran Fractl, data pribadi atau log in pengguna Facebook di pasar gelap dijual sekitar US$ 5,20 atau kurang dari Rp 80 ribu per akun. Padahal, satu akun Facebook menjadi pintu masuk ke ratusan aplikasi. Sekaran ini saja Facebook telah membuat ribuan aplikasi terhubung dan bisa menyedot data dari penggunanya. Aplikasi itu antara lain termasuk AirBnB, Spotify, sampai platform game online. Tak sedikiti pengguna menggunakan akun Facebook untuk masuk ke berbagai aplikasi. Ini artinya, ketika peretas memiliki kredensial Facebook, ia dapat dengan mudah masuk ke banyak akun lain.

Privasi data Facebook yang dijual itu juga memantik munculnya harga data pribadi lain. Kredensial untuk layanan seperti Gmail, Uber, dan Grubhub pun lalu dijual dan dengan harga relatif murah pula. Misalnya nama pengguna dan kata sandi Gmail dihargakan mulai dari US$ 1, sementara Uber US$ 7, dan Grubhub US$ 9. Sejauh ini, data log in termahal dipegang PayPal, yang mendapat harga US$ 247.

Murahnya harga kredensial itu, menurut pandangan para pakar, karena peretas bisa mendapatkan dengan mudah. Selain itu, tak akan ada penjualan tanpa ada permintaan akan data prbadi di Facebook tersebut. [RAF]