Koran Sulindo – Tumirah (60) ditemukan sudah tak bernyawa di semak-semak dekat Dusun Pondok Waluh, Jember, Sabtu (16/12). Polisi menyebut kelaparan menjadi penyebab kematian wanita malang itu.

Meski kemudian keluarga menolak otopsi untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya, seperti detiknews.com, Kanit Resmob Polres Jember Wilayah Barat, Aiptu Gunawan menyebut secara kasat mata tubuh Tumirah kurus dan perutnya kempis. “Kalau melihat kodisi mayat, dugaan sementara kelaparan,” kata Gunawan di lokasi kejadian.

Ali, suami Tumirah menyebut sebelum ditemukan meninggal, ia sudah tiga hari meninggalkan rumah. Keluarga dan tetangga sempat melakukan pencarian tapi gagal menemukannya. Ali mengaku keluarga mengaku pasrah dan menganggap kematian istrinya itu sebagai takdir.

Tumirah adalah warga RT 02 RW 16, Desa Paleran, Kecamatan Umbulsari, Jember.

Yasir, ketua RT tempat Tumiran tinggal mengakui bahwa keluarga itu memang hidup di bawah garis kemiskinan dan masuk dalam daftar penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah, raskin dan kini juga mendapat bantuan melalui program JKN-KIS. Dengan suami yang bekerja serabutan, Tumirah seringkali pergi sawah-sawah yang sudah dipanen untuk mengais sisa-sisa.

“Masuk keluarga sangat tidak mampu. Anaknya tiga, dua sudah berkeluarga. Dia tinggal bersama suami dan anaknya yang nomor tiga. Suaminya kerja serabutan. Bu Tumirah membantu dengan mencari sisa panen padi di sawah,” kata Yasir kepada detiknews.com.

Sutaryono, Kepala Dusun Krajan Kulon menceritakan hal serupa. Kondisi yang sangat pas-pasan itu membuat Tumirah berjalan kaki kemanapun dia bepergian. “Dia juga sering ke luar rumah. Kadang bekerja mencari sisa padi atau berkunjung ke rumah anaknya. Itu dilakukan dengan berjalan kaki. Mungkin itu yang membuat dia kelelahan dan kelaparan,” kata Sutaryono.

Bantuan

Awal Desember lalu, pemerintah mengumumkan akan menyiapkan anggaran hingga Rp 21 triliun untuk Program Beras Sejahtera yang akan diserahkan kepada 15 juta penerima manfaat. Berdasarkan kalkukasi sederhana, jika satu penerima manfaat itu memiliki anggota keluarga sebanyak 4 orang maka akan terdapat 60 juta jiwa kesejahteraannya bakal terpengaruh oleh progam tersebut.

Dari 15 juta penerima manfaat itu 1,2 juta orang di 44 kota diujicoba penyalurannya dengan menggunakan Kartu Keluarga Sejahtera. Kementerian Sosial sebagai penanggung jawab berencana menambah penerima menggunakan Kartu Keluarga Sejahtera itu menjadi 3,9 juta penerima.

Pemerintah mengklaim, penambahan penerima manfaat menunjukkan penyaluran program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) menggunakan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) makin tepat sasaran. Dianggap lebih tepat sasaran karena dana non tunai itu dikirim dengan terperinci  by name dan by address bukan diberikan melalui kepala desa.

Setiap bulan, KKS pada program BPNT akan diisi saldo sebesar Rp 110 ribu. Saldo tersebut nantinya bisa digunakan di warung-warung elektronik yang bekerjasama dengan Himpunan Bank Milik Negara atau Himbara.

Penambahan jumlah penerima manfaatakan disiapkan dalam rapat tingkat menteri di kantornya. Termasuk membahas pelaksanaan dan detail distribusinya secara teknis termasuk soal database. Data tersebut nantinya akan disinkronkan dengan data yang dimiliki Kemensos juga data dari Dirjen Dukcapil Kemendagri. Saat ini secara sistem sudah terdaftar 6 juta keluarga secara by name by address.

Lalu Tumirah? [TGU]