Koran Sulindo – Tak cuma sanggup membangun kekuasaan politik kuat dan ditakuti, Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS tampil sebagai salah satu kelompok teror paling canggih.
Tingkat kecerdikan, daya adaptasi serta kebrutalannya sejauh ini belum ada yang melampaui di medan perang Suriah, Irak dan tempat-tempat lain di dunia.
Memanfaatkan penarikan tentara AS di Irak tahun 2011 dan absennya kekuasaan di Suriah, ISIS dengan cerdas membajak tujuan awal revolusi untuk menampilkan dirinya sebagai ancaman tak hanya ke Suriah dan Irak, tapi ke seluruh dunia.
Di garis depan, metamorfosis ISIS dari sebuah kelompok militan menjadi khilafah yang mengendalikan wilayah di Irak dan Suriah membingungkan mereka yang terlibat konflik. ISIS dengan cepat sanggup menyesuaikan diri dari berbagai situasi sekaligus beradaptasi dengan antusias.
Menghancurkan kelompok itu hanya bisa dilakukan oleh jumlah besar tentara, persenjaan dan yang paling utama, kekuatan udara.
Mengandalkan sejumlah besar senjata rampasan, petempur ISIS sama-sama jago berperang baik dalam taktik gerilya atau perang konvensional yang berhadap-hadapan. Tak cuma mengandalkan senjata ringan, tanpa kecuali ISIS juga memanfaatkan kendaraan tempur lapis baja atau AFVs.
Mengoperasikan lebih dari 200 tank dan 70 BMP buatan Rusia, AFVs milik ISIS menjadi kekuatan terbesar kedua setelah Tentara Suriah (SAA). Namun hanya ISIS yang menggunakannya pada skala yang begitu besar dan paling terorganisir.
Untuk memberikan dukungan teknis untuk armada lapis baja ini, ISIS membangun bengkel dan ‘pabrik’ khusus di beberapa wilayat –kegubernuran- untuk memperbaiki dan memodifikasi alat-alat perang itu. Selain itu, khilafah juga mewajibkan setiap wilayat memiliki bengkel yang bertugas memproduksi kendaraan pembom bunuh diri atau VBIED.
Di Suriah, ISIS mengoperasikan dua bengkel besar di Wilayat al-Raqqa dan Wilayat al-Khayr di Deir Ezzor. Di Raqqa, bengkel mengkhususkan diri pada modifikasi kendaraan berantai.
Sejak dibangun pertama kali tahun 2014, bengkel ini diyakini telah merombak dan meningkatkan lebih dari 150 kendaraan tempur lapis baja dan menyumbang setengah persediaan operasional tank dan BMP kelompok itu.
Mereka mengerjakan berbagai perbaikan dan modifikasi pada hampir semua jenis kendaraan tempur lapis baja ISIS. Mulai dari pemasangan kamuflase multi-spektral pada tank hingga membangun menara modular untuk armada AFVs berpenggerak empat roda seperti Toyota Land Cruiser. Hasil tangan dari bengkel ini dikirim ke semua medan pertempuran di Suriah dan Irak termasuk sebuah tank T-55 yang bertempur sengit melawan Tentara Irak di Mosul.
Tank Pertama
Memanfaatkan celah sempit pertahanan, pada tanggal 2 Juni 2016 Tentara Suriah berhasil mencapai simpang Safiya dan merebut bengkel yang sebelumnya sudah ditinggalkan petempur ISIS. Beberapa hari kemudian, serangan mendadak kelompok itu memaksa Tentara Suriah melepaskan bengkel itu.
Rupanya SAA tak menyadari fungsi utama fasilitas yang telah direbutnya itu.
Tanggal 30 Agustus 2016, giliran serangan udara pesawat-pesawat AS menghancurkan sebuah BMP-1 yang sedang dimodifikasi menjadi VBIED. Tak diketahui dengan pasti, apakah koalisi juga menyadari sifat fasilitas itu.
Tank pertama yang teridentifikasi dikerjakan oleh fasilitas ini adalah sebuah T-72AV buatan Rusia yang terlihat pada 26 Januari 2014 saat memimpin sebuah konvoi kendaraan tempur ISIS di timur laut Aleppo. Tank tersebut muncul kembali di Wilayat Halab tujuh bulan kemudian pada 9 Juli 2014 dengan peledak reaktif di sepanjang body tank. Beberapa minggu kemudian tank ini terlihat lagi dengan penataan ulang peledak reaktif dan cat baru.
Tank yang sama kembali terlihat di sebuah silo gandum di sebelah utara Raqqa yang belakangan diketahui sebagai pangkalan bagi Batalyon Tank dan Peleton Tugas Khusus. Pangkalan ini menjadi reli utama petempur ISIS saat menuju Ayn Issa untuk merebut basis Brigade 93 pada tanggal 7 Agustus 2014.
Meski tank T-72AV itu terlihat berperan merebut pangkalan Brigade 93, berbulan-bulan kemudian tak tersebut tak ada lagi pada gambar atau rekaman yang dipublikasikan ISIS. Alasan untuk segera menjadi jelas. Tank tersebut dihajar sebuah proyektil dan tembakan berikutnya benar-benar melumpuhkan. Ironisnya, salah satu proyektil menghantam bagian depan menara yang minim peledak reaktif.
Baca juga: Menghitung Hari Kejatuhan ISIS
Peleton Tugas Khusus memainkan paling penting terhadap operasional fasilitas perbaikan dan modifikasi. Kehadiran pejuang-pejuang asing memungkinan ISIS mendirikan unit serupa untuk memperluas batas-batas kekhalifahan. Anggota Peleton Khusus diyakini lebih termotivasi dan lebih terlatih dibanding unit-unit lain ISIS. Fakta lain, sebagian besar anggota unit ini adalah petempur asing yang secara khusus datang untuk bergabung dengan ISIS.
Dalam pertempuran unit ini akan bertindak sebagai bantuan teknik dan terikat ke batalyon tank dan unit artileri tergantung kenis operasi. Setelah menyelesaikan misi, unit-unit ini akan kembali ke pangkalan mereka untuk menunggu misi berikutnya.
Selain Batalyon Tank, pada struktur tentara ISIS setidaknya terdapat tiga unit lain yang mengoperasikan kendaraan tempur lapis baja di Suriah. Ketiganya adalah Divisi Usman bin Affan, Divisi Abi Ubaida bin al-Jarrah dan Divisi Zubayr ibn al-Awam. Nama-nama itu merujuk pada nama para sahabat Nabi.
Beberapa tank yang mengalami kerusakan dibawa kembali ke bengkel untuk dimanfaatkan sebagai pengganti suku cadangnya. Tak heran, ISIS seringkali terlihat repot-repot mengangkut tank rusak atau hancur.[TGU]