Koran Sulindo – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menggelar doa bersama dan tahlilan untuk memperingati peristiwa 27 Juli 1996. Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, peringatan peristiwa tersebut dikhususkan bagi para kader PDI Perjuangan yang menjadi korban dalam kejadian Sabtu Kelabu tersebut.
“Kami secara khusus mendoakan para korban yang telah berjuang demi keyakinan politiknya. Tragedi 27 Juli 1996 merupakan peristiwa perebutan paksa kantor DPP PDI Perjuangan” ujar Hasto di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Pangeran Diponegoro 58, Jakarta, Rabu (26/7).
Hasto menuturkan, momentum peringatan kerusuhan Juli 1996 juga merupakan suatu pengingat, terutama bagi Komnas HAM, untuk membuka fakta terkait tragedi tersebut.
“Ini juga mengingatkan kepada Komnas HAM tentang tragedi nasional ini. Kami harapkan ada kejujuran berapa banyak korban yang ada di peristiwa tersebut,” katanya.
Ke depan, partainya akan terus berkoordinasi dengan Komnas HAM untuk menguak fakta lain yang belum terlihat terkait pelanggaran HAM saat peristiwa 27 Juli 1996. “Setelah pembentukan struktur baru Komnas HAM nanti, kami akan lakukan dialog ,” katanya.
Seperti diketahui, belum banyak fakta yang terungkap mengenai siapa yang seharusnya bertanggung jawab mengenai peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 (Kudatuli) atau peristiwa Sabtu Kelabu tersebut.
Peristiwa Kudatuli merupakan tragedi yang terjadi sebagai buntut dualisme di tubuh Partai Demokrasi Indonesia.
Saat itu, para pendukung Soerjadi yang merupakan Ketua Umum PDI hasil Kongres Medan periode 1996-1998 menyerbu dan berusaha menguasai kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro 58, Jakarta, yang dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri. Adapun Megawati merupakan Ketua Umum PDI hasil kongres Surabaya untuk periode 1993-1998. [CHA]