Ilustrasi: Gerombolan ISIS di Irak/almasdarnews.com

Koran Sulindo – Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menggelar pertemuan dengan Australian Federal Police (AFP) di Yogyakarta sejak Selasa (25/4) dan akan berakhir Kamis (27/4). Pertemuan rutin tahunan ini dilakukan sejak Polri dan AFP menangani bom Bali untuk mengevaluasi apa saja yang perlu dikembangkan.

“Tahun ini kerjasama yang kami kembangkan yang nomer satu adalah masalah terorisme terutama yang berhubungan dengan ISIS,” ujar Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian menjawab pertanyaan wartawan usai ramah-tamah dengan civitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM), di Grha Sabha Pramana (GSP), Rabu (26/4).

Menurut Tito, pihak Australia juga mempunyai masalah terorisme yang terkait ISIS. “Ada puluhan (warga negara Australia) yang berangkat ke Syria. Nah kami ingin melihat apakah ada hubungannya antara jaringan di Australia dengan jaringan yang ada di Indonesia, termasuk Philipina Selatan dan Timur Tengah juga dibicarakan,” tutur Tito.

Tito juga mengatakan antara Polri dan AFP melakukan kerjasama di bidang cyber crime. Hal ini mengingat saat ini banyak pornografi online, penipuan online, termasuk menangani media hoax. “Mereka punya pengalaman, kami punya pengalaman. Jadi kami tukar menukar pengetahuan teknologi,” kata Tito.

Demikian pula soal drug atau narkoba dan human trafficking (dari negara-negara yang sedang konflik) yang banyak masuk ke benua Australia namun sebelumnya transit di Indonesia. Begitu juga dengan kasus korupsi mendapat perhatian bagaimana yang dilakukan  AFP menekan angka korupsi. “Kami juga mencari peluang-peluang dalam rangka tukar menukar informasi, untuk masalah korupsi-korupsi ini,” ujar Tito.

Kasus Novel

Saat ditanya soal perkembangan kasus Novel Baswedan, Tito mengatakan polisi akan berusaha sekuat tenaga untuk mengungkap.

“Sekarang ini tim lagi bekerja untuk melihat dari dua cara. Dari mengembangkan TKP, CCTV, jaringan komunikasi, saksi-saksi, juga dari motif siapa-siapa saja yang tak suka kepada yang bersangkutan, baik secara dinas maupun pribadi, termasuk yang utama dengan pekerjaan,” kata Tito. [YUK]