5 Maret 1953: Joseph Stalin Meninggal Dunia. Stroke atau Diracuni?

Kematian Stalin yang mencurigakan diangkat dalam film "The Death of Stalin". Dari kiri, Steve Buscemi sebagai Khrushchev, Adrian McLoughlin sebagai Stalin (di lantai), Jeffrey Tambor sebagai Malenkov, Dermot Crowley sebagai Kaganovich, dan Simon Russell Beale sebagai Beria. (Sumber: The New Yorker)

Diktator Uni Soviet Joseph Stalin meninggal dunia pada 5 Maret 1953 di Kuntsevo Dacha, kediaman pribadinya. Kematiannya diliputi misteri karena dianggap tidak wajar.

Stalin menghabiskan waktu-waktu terakhirnya dengan menonton film dan makan bersama empat kameradnya, yaitu Georgy Malenkov (calon penerus dan wakil perdana menteri), Lavrenti Beria (kepala polisi rahasia), Nikita Khrushchev (calon Perdana Menteri Uni Soviet), dan Nikolai Bulganin (menteri pertahanan). Hari itu tanggal 28 Februari.

Pada musim dingin di bulan itu, Stalin tengah memburu para dokter Kremlin (banyak di antaranya Yahudi), dengan tuduhan mereka membunuh pejabat tinggi Soviet dalam Rencana Para Dokter (Doctors’ Plot).

Stalin dan keempat kameradnya selesai makan sekitar pukul 5 atau 6 pagi, Minggu tanggal 1 Maret. Stalin sedang dalam suasana riang dan banyak bercanda. Khrushchev tetap di rumah, berharap Stalin menelepon untuk menyampaikan undangan untuk malam itu.

Namun Stalin tidak meneleponnya. Dia juga tidak menelepon untuk meminta makanan, dan sensor yang dipasang di kamarnya tidak mendeteksi adanya gerakan. Banyak orang tahu Stalin sering tidur pada dini hari dan biasanya bangun sekitar pukul 11 pagi.

Ketika siang hari tiba dan berlalu, para pengawal Stalin semakin khawatir. Namun tidak ada yang berani melanggar instruksi ketatnya: tidak ada yang boleh mengganggunya dalam keadaan apa pun.

Salah satu penjaga melaporkan pada pukul 6:30 sore bahwa lampu ruang makan Stalin menyala, mungkin sang diktator Soviet sedang sibuk dengan pekerjaannya. Kepanikan para penjaga terus meningkat seiring berjalannya waktu.

Sekitar pukul 10.30 atau 11.00 malam, seseorang pergi untuk memeriksa Stalin. Salah satu penjaga, Peter Lozgachev, adalah orang yang akhirnya memasuki kamar Stalin, konon katanya untuk mengantarkan surat resmi dari Kremlin. Sumber lain mengatakan bahwa dia adalah seorang pembantu lama.

Siapa pun yang memasuki ruangan itu mendapati Stalin tergeletak di lantai dalam keadaan masih memakai piyama, bernapas berat dan tidak responsif, dan lantainya basah oleh air seni. Gelas kosong dan air mineral ada di atas meja. Kelihatannya dia baru saja bangun dari tempat tidur untuk minum, tetapi kemudian terserang stroke.

Hampir 18 jam telah berlalu sejak kondisi normal terakhirnya diketahui. Namun salah satu penjaga mengklaim bahwa Stalin memiliki jam saku yang menunjukkan pukul 6:30 sore, menyiratkan bahwa stroke terjadi kira-kira pada waktu yang sama ketika lampu ruang makan dinyalakan.

Artinya, Stalin mungkin telah terbaring tak sadarkan diri di lantai selama sekitar empat setengah jam.

Anggota staf Dacha membawa Stalin ke sofa ruang makan, lalu menutupinya dengan selimut. Mereka yang hadir sepakat untuk memanggil dokter. Salah satu petugas dengan panik menelepon kepala MGB, Semyon Ignatiev. Kemudian, Malenkov dan Beria dipanggil

Beria menuntut mereka untuk tidak memberi tahu penyakit Stalin kepada siapa pun. Dia dan Malenkov tiba di Dacha pukul 3 pagi tanggal 2 Maret, lalu memeriksa Stalin. Beria dengan marah berseru kepada Lozgachev, “Mengapa Anda panik sekali? Tidakkah Anda lihat, Kamerad Stalin sedang tidur nyenyak. Jangan ganggu dia dan berhentilah membuat kami khawatir.”

Mengabaikan protes para penjaga, Beria dan Malenkov menganggap kondisi Stalin disebabkan oleh alkohol yang diminumnya malam sebelumnya. Mereka lalu pergi.

Khrushchev tiba di Dacha sekitar pukul 7:30 pagi pada hari yang sama dan memanggil kelompok penguasa dan sekelompok dokter. Mereka tiba satu jam kemudian dan memeriksa Stalin. Mereka mendapati Stalin tidak responsif, lengan dan kaki kanannya lumpuh, dan tekanan darahnya 190/110.

Selama pemeriksaan, tangan para dokter terlalu gemetar. Seorang dokter gigi mencabut gigi palsu Stalin dan tidak sengaja menjatuhkannya. Yang lain menaruh lintah di belakang telinga Stalin, kompres dingin di kepalanya, dan menyarankan dia untuk tidak makan.

Dua hari setelah dokter pertama kali melihatnya, Radio Moskow mengumumkan Stalin menderita stroke dan tengah menerima perawatan medis yang sesuai di bawah pengawasan ketat para pemimpin partai. Pengumuman itu diucapkan dengan sedemikian rupa untuk meyakinkan masyarakat yang marah bahwa tidak ada satupun dokter Stalin yang terkait dalam Doctors’ Plot.

Pada tanggal 5 Maret, Stalin muntah darah dua kali, secara signifikan mengurangi tekanan darah dan denyut nadinya.

Bulganin, yang hadir pada saat itu, curiga dan menuntut penjelasan. Dokter mengatakan Stalin mengalami pendarahan kecil di lapisan lambungnya. Bulganin bertanya dengan nada mengejek, “Mungkinkah? Mungkin Stalin menderita kanker lambung?”

Kesaksian menyebut Stalin tiba-tiba membuka matanya dan memandang seluruh ruangan dengan tatapan yang mengerikan, entah karena marah atau takut akan kematiannya. Dia lalu mengangkat tangan kirinya dalam gerakan aneh, seolah-olah tengah menjatuhkan kutukan kepada seseorang.

Stalin meninggal pada pukul 9:50 malam pada tanggal 5 Maret 1953. Salah satu pembantu mulai memberikan pernapasan buatan kepada Stalin dan memijatnya agar dia bernapas lagi. Namun tidak ada yang terjadi.

Diracuni?

Otopsi yang diterbitkan dalam edisi Pravda pada tanggal 7 Maret mengungkap adanya pendarahan hebat di area subkortikal di belahan otak kiri, miokardium (otot jantung), lambung, dan usus Stalin, serta perubahan aterosklerosis signifikan di seluruh pembuluh darahnya.

Aterosklerosis adalah penyempitan arteri yang disebabkan oleh plak kolesterol.

Deskripsi otak Stalin menggarisbawahi riwayat stroke dan aterosklerosisnya. Dia menderita aterosklerosis pada tanggal 24 Juni 1945 akibat kebiasaan merokok yang berlebihan, stroke ringan selama Parade Kemenangan di bulan Mei 1945, dan serangan jantung parah pada bulan Oktober 1945.

Stalin mengalami stroke ringan lagi pada tahun 1947. Setahun kemudian, dia mengalami serangan jantung parah dan tidak dapat beraktivitas selama setengah tahun.

Seorang peneliti medis, Miguel A. Faria, serta John Brent dan Vladimir Naumov yang menulis buku berjudul Stalin’s Last Crime: The Plot Against the Jewish Doctors, menyatakan bahwa Stalin mungkin diracuni oleh warfarin (zat kimia bening dan tidak berasa) atau zat antikoagulan serupa.

Zat ini mungkin diselipkan ke dalam anggurnya oleh salah satu orang terdekatnya pada malam 28 Februari hingga 1 Maret. Faria berteori bahwa para dokter yang memeriksa Stalin menyadari hal ini, tetapi menyembunyikan informasi tersebut agar tidak dituduh terlibat dalam Doctors’ Plot.

Beria menjadi tersangka utama, karena Stalin sangat mencurigainya. Perilakunya sangat mencurigakan selama Stalin sakit: dia menunda perawatan medis dan tampak gembira. Kesaksian menyebut bahwa beberapa saat setelah Stalin meninggal, Beria bergegas keluar ruangan dan dengan keras memanggil sopirnya. Ada nada kemenangan dalam suaranya.

Beria juga punya sejarah meracuni musuh-musuhnya. Pada tahun 1936, dia mengundang salah satu pesaingnya, Nestor Lakoba, untuk makan malam dan meracuninya dengan zat yang tidak diketahui. Lakoba meninggal dalam keadaan kejang-kejang karena kesakitan.

Jutaan warga Uni Soviet sangat berduka atas meninggalnya pemimpin besar dan bapak bangsa mereka. Dunia pun tercengang. Satu lagi orang paling berkuasa di dunia dikalahkan oleh maut. [BP]