Suluh Indonesia – Selasa, 11 September 2001, tepat dua puluh tahun lalu, adalah hari kelabu dalam sejarah Amerika Serikat. Empat pesawat penerbangan komersial dibajak oleh 19 teroris Al Qaeda, dan dipakai sebagai senjata untuk menyerang titik-titik penting kehidupan.
Tiga dari empat penerbangan komersial yang dibajak tersebut berhasil menghancurkan target-targetnya; Menara Kembar World Trade Centre di New York dan markas besar Departemen Pertahanan AS Pentagon di Virginia, Washington, D.C. Satu penerbangan lagi, berkat kerjasama para penumpang dan awak pesawatnya, berhasil dialihkan dari sasaran sesungguhnya.
Menara Utara World Trade Centre di New York yang ditabrak pertama. Pada pukul 08.46 pagi, oleh pesawat Boeing 767 Penerbangan 11 American Airlines. Tujuh belas menit kemudian, pukul 09.03, Boeing 767 Penerbangan 175 United Airlines, menerjang Menara Selatan World Trade Centre di sekitar lantai 60. Dalam tempo 1 jam 42 menit sejak serangan pertama, menara kembar tersebut rubuh semua.
Pada pukul 09.37, pesawat komersial Penerbangan 77 American Airlines jatuh di markas besar Departemen Pertahanan Amerika Serikat di Pentagon. Sementara, pada 10.03, sebuah pesawat komersial lainnya, Penerbangan 93 United Arlines, jatuh di sebidang tanah kosong di Shanksville, sebelah barat Pennsylvania. Diduga, sasaran yang sesungguhnya adalah Gedung Putih (White House) atau Capitol Building.
Situs daring History mencatat bahwa 2.763 orang tewas di lokasi World Trade Centre saja. Termasuk 343 petugas cepat tanggap damkar dan paramedik, dan 60 orang polisi yang juga sedang mengevakuasi korban. Di Pentagon, total 189 orang terbunuh. Terdiri dari 125 anggota militer dan sipil, serta 64 penumpang dan awak pesawat. Pada Penerbangan 93 yang jatuh di Pennsylvania, 44 penumpang dan awak pesawat tewas semua.
Secara keseluruhan tragedi 9/11 ini menewaskan 2.996 orang. Termasuk 19 teroris yang membajak 4 pesawat penerbangan komersial tersebut. Di antara korban meninggal di semua lokasi, terdapat 78 warganegara asing. [NiM]
Baca juga: