17 Februari: Hari Jadi Parepare, Berikut Sejarahnya

Suasana kota Parepare di tahun 1940-an [Arsip Nasional]

Setiap bulan, ada begitu banyak hari peringatan yang dirayakan, baik di tingkat internasional, nasional maupun daerah. Salah satunya adalah peringatan Hari Jadi Kota Parepare yang jatuh pada 17 Februari.

Kota yang kini dikenal sebagai pelabuhan strategis di Sulawesi Selatan ini memiliki sejarah panjang yang menarik untuk ditelusuri. Dari daerah yang awalnya dipenuhi semak belukar hingga menjadi pusat perdagangan yang penting, bagaimana perjalanan Parepare hingga mencapai statusnya saat ini? Mari kita selami jejak sejarahnya!

Awal Mula Nama Parepare

Menurut laman resminya, pada awal perkembangannya, dataran tinggi yang kini disebut Kota Parepare dulunya merupakan semak-semak belukar yang tumbuh secara liar dan tidak teratur. Wilayah ini dipenuhi oleh lubang-lubang tanah yang agak miring, membentang dari utara (Cappa Ujung) hingga ke selatan kota. Seiring berjalannya waktu, daerah ini mengalami perkembangan sejarah yang pada akhirnya menjadikannya Kota Parepare.

Menurut Lontara Kerajaan Suppa, pada abad ke-14, seorang anak Raja Suppa meninggalkan istana dan menetap di selatan, mendirikan wilayah baru di tepian pantai karena kegemarannya memancing. Wilayah ini kemudian dikenal sebagai Kerajaan Soreang. Sekitar satu abad kemudian, pada abad ke-15, berdiri pula Kerajaan Bacukiki.

Pada abad ke-16, Raja Gowa XI, Manrigau Dg. Bonto Karaeng Tonapaalangga (1547-1566), mengunjungi wilayah tersebut dalam rangka kunjungan persahabatan. Saat berjalan dari Kerajaan Bacukiki ke Kerajaan Soreang, ia terkesan dengan pemandangan alam di wilayah ini dan spontan mengucapkan “Bajiki Ni Pare,” yang berarti “Baik dibuat pelabuhan kawasan ini.” Sejak saat itu, nama “Parepare” melekat sebagai identitas kota ini. Dengan posisi yang strategis sebagai pelabuhan, Parepare pun semakin ramai dikunjungi, termasuk oleh pedagang dari Melayu.

Parepare di Masa Kolonial Belanda

Melihat posisi Parepare yang strategis dan terlindungi oleh tanjung, Belanda merebut wilayah ini dan menjadikannya kota penting di Sulawesi Selatan bagian tengah. Dari Parepare, Belanda memperluas pengaruhnya ke seluruh wilayah Ajatappareng, mencakup dataran timur dan utara Sulawesi Selatan.

Pada masa Hindia Belanda, Parepare berstatus sebagai “Afdeling Parepare” yang dipimpin oleh seorang Asisten Residen dan seorang Controlur atau Gezag Hebber. Wilayah Afdeling Parepare meliputi:

1. Onder Afdeling Barru, dipimpin oleh Arung Barru

2. Onder Afdeling Sidenreng Rappang, dipimpin oleh Addatuang Sidenreng

3. Onder Afdeling Enrekang, dipimpin oleh Arung Enrekang

4. Onder Afdeling Pinrang, dipimpin oleh Addatuang Sawitto

5. Onder Afdeling Parepare, dipimpin oleh Arung Mallusetasi

Struktur pemerintahan ini berlangsung hingga pecahnya Perang Dunia II dan berakhirnya kekuasaan Hindia Belanda pada tahun 1942.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, sistem pemerintahan mengalami perubahan berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1945 dan Undang-Undang No. 2 Tahun 1948. Pada saat itu, Parepare tetap berstatus sebagai Afdeling dengan wilayah yang masih mencakup lima daerah tersebut.

Pada tahun 1959, dengan keluarnya Undang-Undang No. 29 tentang pembentukan dan pembagian daerah tingkat II di Sulawesi Selatan, empat Onder Afdeling—Barru, Sidenreng Rappang, Enrekang, dan Pinrang—ditetapkan sebagai Kabupaten Tingkat II. Sementara itu, Parepare ditetapkan sebagai Kota Praja Tingkat II.

Pada tahun 1963, istilah “Kota Praja” diubah menjadi “Kotamadya.” Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, status Kotamadya berubah menjadi “Kota,” yang masih digunakan hingga saat ini.

Penetapan Hari Jadi Kota Parepare

Berdasarkan tanggal pelantikan dan pengambilan sumpah Wali Kota pertama, H. Andi Mannaungi, pada 17 Februari 1960, maka melalui Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah No. 3 Tahun 1970, ditetapkan bahwa hari lahir Kota Parepare adalah 17 Februari 1960.

Parepare telah berkembang dari daerah semak belukar menjadi kota pelabuhan yang memainkan peran penting dalam sejarah Sulawesi Selatan. Dari masa kerajaan, era kolonial Belanda, hingga era modern, kota ini terus bertransformasi menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan yang berpengaruh di wilayah Ajatappareng. Dengan sejarah panjang dan letaknya yang strategis, Parepare tetap menjadi salah satu kota utama di Sulawesi Selatan hingga saat ini. [UN]