Koran Sulindo – Buku setebal 270 halaman ini dimulai dari petualangan 3 orang Belanda di pegunungan Papua pada 1936 dan berakhir dengan pembunuhan Presiden AS John F Kennedy pada 1963. Dalam narasi yang mengisahkan 27 tahun kisah Direktur CIA Allen Dulles tersebut, Greg menggambarkan pembunuhan JFK itu dengan dingin.
Poulgrain membangun argumentasi bahwa Dulles juga di belakang kasus kudeta gagal pada 1 Oktober 1965 yang akhirnya membuat Soekarno digusur Angkatan Darat. Penelitian itu juga membawanya pada kematian sekjen PBB Dag Hammarskjold dalam kecelakaan pesawat di Kongo pada 1961.
Menurut Poulgrain, dalam dokumen yang diungkap Komisi Rekonsiliasi dan Kebenaran (Truth and Reconciliation Commission) Afrika Selatan, ada tangan CIA dalam kematian Hammarskjold yang mencurigakan itu. Saat itu Sekjen PBB itu sedang mengupayakan agar badan dunia itu mengirimkan orang-orang ke Papua terutama mengurus administrasi pemerintahan sementara wilayah itu. Rencana itu dikhawatirkan bisa memberi angin pada kemerdekaan Papua, yang akan mengganggu strategi Dulles menguasai Jakarta.
Hammarskjold makin menjadi masalah ketika ia mendukung gagasan gerakan non blok. Namun upayanya membantu pembangunan Kongo yang kaya bahan tambang dan mineral itu diduga membuatnya menjadi target sesegera mungkin bagi Dulles dan perusahaan yang berhubungan dengannya.
Poulgrain menekankan Dulles adalah orang yang kejam dan tak segan menumpas para pemimpin negara-negara asing yang menghalangi keinginanannya. Komite pencari fakta yang dibentuk Kongres (DPR di AS) menyatakan Dulles menyetujui pembunuhan Perdana Menteri Kongo Patrice Lumumba, sekitar 9 bulan sebelum pesawat terbang Hammarskjold jatuh.
Dalam pengantar dan sekali lagi dalam penutup buku ini, Poulgrain sekali lagi membujuk pembacanya bahwa Allen Dulles kemungkinan terlibat dalam pembunuhan JFK dalam rangka mencegahnya menjalin hubungan baik dan damai dengan Indonesia, hal yang akan membuatnya sulit menggagahi gunung emas di Grensberg Papua. [DAS]