Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto saat menutup Sekolah Partai PDI Perjuangan/pdiperjuangan-jatim.com

Koran Sulindo – Perempuan Indonesia harus menunjukkan jati dirinya sebagai jalan peradaban politik dengan menampilkan watak politik yang penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, gotong royong, dan dedikasi untuk rakyat, bangsa dan negara.

“Di tangan perempuanlah jalan politik yang berkebudayaan itu dapat diwujudkan. Sebab perempuan adalah sumber kebudayaan,” kata Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, saat membuka Pendidikan Kader Khusus Perempuan Nasional (PKKPN) yang diikuti 158 kader perempuan PDI Perjuangan, di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat, Jumat (9/3/2018).

Menurut Hasto, pendidikan ini tidak hanya ditujukan kepada kader perempuan yang ingin mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, tetapi secara umum untuk mempersiapkan mereka sebagai pemimpin untuk rakyat.

Khusus untuk para bakal calon legislatif, selain diberikan materi ideologi, kepemimpinan, dan juga pemahaman terhadap fungsi legislasi, anggaran, pengawasan dan psikotes.

“Kami akan menyiapkan pemimpin untuk rakyat. Dengan keterlibatan kaum perempuan di politik maka politik dalam keseharian akan hadir. Karena, politik juga menyentuh aspek yang sederhana seperti menata lingkungan agar bersih, asri dengan tanaman dan perawatan lingkungan yang baik,” kata Hasto.

PDIP mengkhawatirkan wajah politik hanya berorientasi kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.

“Sementara di akar rumput, hal-hal terkait dengan selokan yang penuh sampah, sanitasi yang tidak memadai, dan lingkungan yang semakin kotor adalah persoalan sehari hari. Hal-hal seperti itulah yang dijawab melalui politik,” imbuhnya.

Secara khusus Hasto mencontohkan apa yang terjadi di Sumatera Barat dengan tradisi keislaman yang kuat, mampu melahirkan begitu banyak tokoh nasional dengan alam pikir kebangsaan seperti Mohammad Hatta, Moh Yamin, Agus Salim Sutan Syahrir, dan A Kagani. Sedangkan tokoh perempuannya: Rasuna Said, Rohana Kudus dan lainnya.

“Hal itu tidak terlepas dari budaya matriarkat. Dalam ungkapan bijak kita mengenal surga di telapak kaki Ibu,” katanya.

Di tengah berbagai persoalan terkait dengan wajah politik yang penuh dengan berita bohong (hoax), ujaran kebencian, dan berbagai bentuk adu domba hanya karena kekuasaan, kehadiran perempuan dalam politik sangatlah penting.

“Di sinilah PDI Perjuangan menjawab tanggung jawabnya untuk memersiapkan perempuan Indonesia untuk menjadi pemimpin. Pemimpin yang mampu membawa perubahan bagi hadirnya politik yang berkeadaban,” kata Hasto.

Sementara itu, Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Kesehatan, Perempuan, dan Anak, Sri Rahayu, mengatakan lulusan PKKPN ini akan dididik dan digembleng bukan sekadar untuk memenuhi kuota 30 persen perempuan, namun membangun dan memberdayakan perempuan mulai dari tataran ideologi dan juga soft skill.

“Ke depan diharapkan pada para kader perempuan ini mampu menjadi mata dan telinga partai yang melihat dan mendengar jeritan hati rakyat. Mampu tertawa dan menangis bersama rakyat,” ujarnya.

Menurut Sri, para politisi perempuan harus mampu mengembangkan diri tidak semata-mata untuk kepentingan jangka pendek apalagi sekedar memenuhi kuota perempuan pada pemilu.

“Namun diharapkan para kader perempuan ini mampu menjadi kader partai yang juga siap ditempatkan di tingkat struktur partai,” kata Sri. [CHA]