Ilustrasi: Virus penyebab penyakit Monkeypox atau cacar monyet.
Ilustrasi: Virus penyebab penyakit Monkeypox atau cacar monyet.

Peningkatan kasus penyakit monkeypox (mpox) atau yang dikenal dengan nama cacar monyet di dunia terus meningkat beberapa tahun terakhir. Tingginya angka penyebaran serta kematian akibat monkeypox menyebabkan badan kesehatan dunia WHO menetapkan situasi darurat kesehatan global terhadap virus tersebut pada Rabu, 14 Agustus 2024.

Setelah lama reda, kasus monkeypox merebak kembali pada tahun 2022 terutama di benua Afrika dengan trend terus meningkat. WHO menyebut pada tahun 2023 saja telah tercatat lebih dari 14 ribu kasus dengan kematian pasien mencapai 524 jiwa. Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut kondisi ini sangat memprihatinkan.

Mpox adalah penyakit yang disebabkan oleh Orthopoxvirus. Mpox pertama kali terdeteksi pada manusia pada tahun 1970, di Republik Demokratik Kongo. Penyakit ini dianggap endemik di negara-negara di Afrika bagian tengah dan barat.

WHO selama ini meyakini bahwa penyebaran Mpox terjadi melalui hubungan seksual. Pendapat itu dikarenakan banyak populasi komunitas gay yang terjangkit mpox. Namun, banyak pihak yang meragukan pernyataan itu karena ditemukan juga beberapa korban yang tertular tanpa melalui hubungan seksual juga ada ditemukan perempuan yang terjangkit.

Peningkatan mpox di Republik Demokratik Kongo dan sejumlah negara lainnya di Afrika ditetapkan sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat internasional (PHEIC) oleh WHO berdasarkan Peraturan Kesehatan Internasional (2005).

Keputusan Tedros itu sesuai dengan saran Komite Darurat IHR yang terdiri dari para ahli independen setelah meninjau data para ahli dari WHO dan negara-negara yang terdampak. Komite tersebut menganggap peningkatan mpox sebagai PHEIC, dengan potensi menyebar lebih jauh ke negara-negara di Afrika dan mungkin di luar benua tersebut.

“Munculnya varian baru (klade) mpox, penyebarannya yang cepat di Kongo bagian timur, dan pelaporan kasus di beberapa negara tetangga sangat mengkhawatirkan. Selain wabah klade mpox lain di Kongo dan negara-negara lain di Afrika, jelas bahwa respons internasional yang terkoordinasi diperlukan untuk menghentikan wabah ini dan menyelamatkan nyawa.” kata Tedros.

Pada bulan Juli 2022, wabah mpox di beberapa negara dinyatakan sebagai PHEIC karena menyebar dengan cepat melalui hubungan seksual di sejumlah negara yang sebelumnya tidak pernah terjangkit virus tersebut. PHEIC tersebut dinyatakan berakhir pada bulan Mei 2023 setelah terjadi penurunan kasus global yang berkelanjutan.

Namun setelah situasi darurat dicabut peningkatan kembali terjadi, bahkan lebih cepat dari sebelumnya sehingga kini WHO kembali mengeluarkan penyataan situasi darurat kesehatan mpox. Tahun lalu, kasus yang dilaporkan meningkat secara signifikan, bahkan jumlah kasus yang dilaporkan tahun 2024 ini telah melampaui total tahun lalu, dengan lebih dari 15.600 kasus dan 537 kematian.

Tindakan darurat global

Penetapan darurat kesehatan global oleh WHO ditujukan untuk mempercepat penelitian, pendanaan, dan tindakan kesehatan masyarakat internasional serta meningkatkan kerja sama untuk meredam penyebaran penyakit. WHO berharap adanya tindakan internasional yang terkoordinasi seperti ketika menghadapi Covid-19 dahulu.

“Jelas bahwa respons internasional yang terkoordinasi sangat penting untuk menghentikan wabah ini dan menyelamatkan nyawa,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Sementara itu, Kepala CDC Afrika, Jean Kaseya mengatakan pihaknya masih mengalami kekurangan vaksin. Saat ini hanya sekitar 200.000 vaksin mpox yang tersedia di benua Afrika, sedang yang dibutuhkan sebanyak 10 juta vaksin.

Untuk menangani situasi darurat mpox, WHO bekerja sama dengan negara-negara dan produsen vaksin berkoordinasi dengan mitra melalui Jaringan Penanggulangan Medis untuk memfasilitasi akses yang adil terhadap vaksin, terapi, diagnostik, dan peralatan lainnya.

Sebelumnya badan kesehatan dunia itu itu juga telah memberikan ijin penggunaan darurat vaksin mpox kepada UNICEF dan GAVI. Diharapkan pemberian ijin penggunaan darurat vaksin akan mempercepat pemberian vaksin kepada masyarakat sebagai antisipasi meluasnya penyebaran mpox terutama di wilayah Afrika.

WHO juga telah menyiapkan kebutuhan pendanaan awal sebesar US$ 15 juta untuk mendukung kegiatan pengawasan, kesiapsiagaan, dan respons. Lembaga itu juga mengimbau para donatur untuk mendanai sepenuhnya kebutuhan tanggap darurat mpox.

Indonesia perlu waspada

Munculnya varian baru yaitu klade mpox perlu diwaspadai termasuk di Indonesia. Hal itu dikarenakan klade mpox bersifat lebih mudah menyebar dan pola penularannya yang belum dapat dipastikan. Selain itu vaksin untuk varian baru masih dalam proses penelitian.

Penyakit cacar monyet atau mpox sebelumnya telah terdeteksi menyebar di Indonesia. Pada tahun 2023 teridentifikasi ada 57 kasus terjadi di Indonesia, terbanyak ditemui di Jakarta sebanyak 42 kasus terkonfirmasi.

Dari 57 kasus cacar monyet yang terkonfirmasi, sebanyak 35 kasus masuk kategori orientasi seksual Lelaki Seks Lelaki (LSL), 11 kasus biseksual, dan 7 kasus heteroseksual. Berdasarkan pendataan pasien terdapat 39 kasus dengan kondisi penyerta HIV positif, kemudian sifilis 16 kasus, hipertensi 2 kasus, dan TBC aktif 2 kasus.

Namun, Menteri Kesehatan (Menkes RI), Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa penyakit cacar monyet atau mpox jenis terbaru yang muncul di Republik Demokratik Kongo berpeluang kecil untuk muncul di Indonesia.

Budi mengatakan, cacar monyet jenis terbaru yang muncul di Republik Demokratik Kongo dan disebut berpotensi menjadi pandemi oleh para ahli sulit untuk menyebar ke Indonesia. Hal itu dipastikan Budi jika mengacu dengan cara penularan yang harus melalui kontak fisik.

“Di Kongo sebenarnya sudah agak lama. Itu, tuh, sudah sebulan atau dua bulan yang lalu, ya. Kecil, sih kans-nya untuk menyebar ke kita (Indonesia),” kata Budi di Jakarta, Senin (8/7) lalu.

Pernyataan Menkes hampir mirip dengan kondisi sewaktu Covid-19 mulai menyebar di tahun 2019. Waktu itu pemerintah terkesan menyepelekan penyebaran Covid dan menyebut Indonesia aman dengan berbagai argumentasi. Namun belajar dari pandemi Covid-19, lemahnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan dapat menimbulkan kepanikan di kemudian hari dan jatuhnya korban lebih banyak lagi.

Menghadapi situasi darurat kesehatan mpox yang ditetapkan WHO ada baiknya pemerintah mulai melakukan langkah mitigasi mendalam, mulai dari berkoordinasi dengan WHO, meningkatkan pengetahuan mengenai mpox, menyiapkan langkah antisipasi hingga peningkatan layanan kesehatan masyarakat. Harapannya kita lebih siap siaga agar tidak terjadi perluasan penyakit dan jatuhnya banyak korban jiwa. [NUR]