Foto udara Gunung Batu yang termasuk dalam sesar Lembang atau patahan Lembang di Kabupaten Bandung Barat - Antara
Foto udara Gunung Batu yang termasuk dalam sesar Lembang atau patahan Lembang di Kabupaten Bandung Barat - Antara

SESAR LEMBANG adalah patahan geser aktif yang terletak sekitar 10 kilometer di utara Kota Bandung membentang sepanjang 29 kilometer dari titik nol di ujung barat Kota Bandung atau area Cimahi dan Kecamatan Ngamprah. Ujung sesar ini ada di sisi timur Bandung, yaitu Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung dan sebagian area Jatinangor, Kabupaten Sumedang melalui wilayah Lembang. Atau secara sederhana dapat dikatakan sesar Lembang itu membentang dari Padalarang hingga Jatinangor.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), penyebab gempa bumi di Cianjur (21/11/2022) bukan lah sesar Lembang namun adalah pergerakan sesar Cimandiri yang ujungnya bertemu dengan sesar Lembang.

Letak ujung barat sesar Lembang memang bertemu dengan ujung utara sesar Cimandiri, sehingga dikhawatirkan dengan terjadinya gempa bumi ini akan ikut memicu aktivitas sesar Lembang.

Selama ratusan tahun, sesar lembang masih aktif walaupun tidak terjadi gerakan yang signifikan. Dari hasil penelitian sejumlah ilmuwan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sesar Lembang adalah patahan yang bergerak sebanyak 3 mm hingga 5 mm setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan di Sumatera, dimana sesar setiap tahun bergerak 30-40 mm dan periode gempa mencapai 40 tahun sekali. Sementara sesar Lembang periode gempanya hanya 500-600 tahun sekali.

Peneliti gempa dari LIPI Mudrik Rahmawan Daryono menjelaskan, hingga saat ini, tercatat ada dua sejarah kejadian gempa besar di sesar Lembang. Gempa tersebut terjadi pada abad ke-60 SM dan abad ke-15 M.

Adapun hal yang sudah dapat disimpulkan pada saat ini yaitu sesar Lembang adalah patahan yang telah memasuki akhir siklus gempanya dan mulai mengeluarkan energi yang tersisa.

Staf Observasi Geologi Gempa Bumi di Stasiun BMKG Bandung, Ajeng Marina Utami, Rabu (30/11/22) mengungkapkan jika sesar Lembang aktif, maka patahan tersebut berpotensi mengakibatkan gempa yang berpotensi antara 6 sampai 7 Skala Modified Mercalli Intensity (MMI).

Yang  harus diwaspadai adalah dikarenakan daerah cekungan Bandung didominasi tanah lempung dan faktanya adalah bahwa tanah lempung itu berisiko memperkuat guncangan gempa atau amplifikasi ke permukaan. Sehingga dampak kerusakan yang timbul tidak hanya akan terjadi di pusat gempa saja, melainkan juga di tempat yang jauh akibat dari struktur tanah yang lempung atau lunak.

Peneliti Puslit Geoteknologi LIPI, Adrin Tohari, menjelaskan, sifat permukaan tanah di Kota Bandung berbeda dengan Palu dan sekitarnya. Sehingga gempa akibat pergerakan Sesar Lembang tidak memiliki potensi likuifaksi.

Menurut Rasmid dalam jurnal ‘Aktivitas Sesar Lembang di Utara Cekungan Bandung’ tahun 2014, sesar Lembang terbentuk sekitar 200 ribu tahun lalu yaitu pada zaman kuarter pleistosen.

Pada saat itu gunung api raksasa Sunda meletus dan meruntuhkan materinya, yang kemudian menyisakan sedikit gunung. Akibat meletusnya gunung raksasa tersebut terjadilah kekosongan penampung magmatis yang kemudian mengakibatkan batuan dari erupsi gunung patah. Patahan inilah yang kemudian disebut sesar Lembang yang memanjang dari barat ke timur.

Upaya Mengantisipasi Gempa Besar Akibat Pergerakan Sesar Lembang

Belasan alat pendeteksi gempa telah terpasang di beberapa titik wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) untuk mengantisipasi sesar Lembang.

Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Bandung Barat, Saepul Uyun menerangkan pihaknya telah bekerja sama dengan sejumlah instansi dan lembaga penelitian untuk membuat alat pendeteksi gempa dan pergerakan tanah di 16 titik sejak tahun 2019 hingga 2022. Hasil kerja sama dengan berbagai pihak mulai dari lembaga penelitian, BNPB, hingga BMKG.

Alat tersebut meliputi Intensity Meter yang berfungsi mendeteksi intensitas gempa bumi dan tingkat kerusakan dalam satuan MMI (Modified Mercalli Intensity), Warning Receiver System yang berfungsi memberikan informasi gempa secara lebih cepat dan kontinu (real time).

Selain itu, Sensor Broadband Seismograph, Early Warning System Pergerakan Tanah Longsor, serta Sistem Observatory sesar Lembang yakni alat pemantau sesar berbasis data geodek dan seismic. [S21]