Wartawan Eritrea yang Dipenjara sejak 2001 itu Mendapat Anugerah Unesco

Ilustrasi: Unjuk rasa menuntut pembebasan Dawit Isaak di Swedia/expressen.se

Koran Sulindo – Dawit Isaak, wartawan asal Eritrea yang dipenjara pemerintahnya sejak 2001 mendapatkan anugerah Guillermo Cano pada puncak acara Hari Kemerdekaan Pers Dunia (World Press Freedom Day/WPFD) 2017 di Balai Sidang Jakarta (JCC), Rabu (3/5).

UNESCO sejak 1997 memberikan anugerah Guillermo Cano kepada wartawan atau organisasi media manapun di dunia yang mempertahankan atau mempromosikan kemerdekaan pers sekalipun menghadapi intimidasi, ancaman, bahkan nyawa menjadi taruhannya.

Anugerah pers  ini diambil dari nama jurnalis asal Kolombia yang tewas dibunuh mafia narkoba pada 17 Desember 1986 di Bogota. Ia tewas diterjang berondongan peluru di depan kantor tempat kerjanya, El Espectador,.

Penerimaan diwakili oleh anak perempuannya, Bethlehem Isaak.

Setahun setelah Eritrea merdeka pada 1993, Isaak pulang kampung mendirikan Setit, surat kabar independen pertama di negeri yang diktatorial itu. Pada 2001 Isaak dipenjara tanpa pengadilan. Hingga kini ia masih dibui di kota Asmara, dalam kerangkeng 1,5 kali 1,5 meter.

“Jika punya kesempatan menulis, tulislah,” kata Isaak, suatu ketika.

“Selamat pada penerima penghargaan Guilermo Cano yang diterima oleh Bethlehem,” kata Presiden Joko Widodo, saat memberikan sambutan pada pemberian penghargaan Guillermo Cano, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (3/5), seperti dikutip infopublik.id.

Menurut Presiden Jokowi, kebebasan pers di Indonesia berdampak positif bagi kesejahteraan. Kritik yang dilontarkan media dianggap mampu membuat pengelolaan pemerintah menjadi lebih baik.

Kebebasan pers juga membuat sistem demokrasi menjadi lebih dinamis dari waktu ke waktu. [DAS]