Warga lereng Gunung Tumpang Pitu tolak keberadaan tambang emas [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Warga sekitar Gunung Tumpang Pitu, Banyuwangi masih konsisten menolak keberadaan tambang emas di wilayah itu. Warga menolak klaim yang menyebutkan bahwa sudah ada kesepakatan pembangunan jaringan listrik yang dimaksudkan untuk pertambangan emas itu.

Warga lantas merespons pengakuan sepihak itu dengan menggelar aksi pada Sabtu 18 Maret 2017. Pasalnya, PT Bumi Suksesindo (BSI) menyebutkan, pihaknya telah menemui kata sepakat dengan warga. Pengakuan sepihak perusahaan ini kemudian disiarkan dalam keterangan resmi yang dimuat beberapa media massa pada 17 Maret 2017.

Penolakan warga terhadap tambang emas di kawasan Gunung Tumpang Pitu, Banyuwangi itu sudah berlangsung sejak tahun 1997. Pertambangan tersebut berdampak buruk terhadap lingkungan dan kehidupan warga. Sebab, pertambangan emas di gunung menjadi kawasan tangkapan air dan hutan dilindung digunduli.

Gunung Tumpang Pitu juga disebut menjadi pelindung warga dari tiupan angin barat daya. Sebab, angin itu bisa sangat kencang menerjang permukiman warga sehingga mampu memporakporandakan rumah warga.

Sejak penolakan itu, warga acap menggelar aksinya. namun, aksi yang sempat berhenti pada 4 Maret hingga 11 Maret 2017 itu bukan karena warga sudah bersepakat dengan perusahaan tambang atau menerima uang. Aksi warga terpaksa berhenti karena mendapat intimidasi dari aparat keamanan.

Buktinya, pada hari terakhir aksi, sekitar 50-an warga secara paksa dikeluarkan dari lubang galian listrik. Akibatnya, setidaknya tiga perempuan luka-luka sehingga harus dilarikan ke puskesmas terdekat. Pengakuan sepihak PT BSI karena itu tidak berdasarkan fakta dan merupakan upaya memecah belah persatuan rakyat.

Meski penolakan warga ini secara masif dilakukan sejak 2008, pemerintah bergeming. Tidak ada upaya dari pemerintah derah, provinsi dan pusat untuk mencabut serta menutup tambang emas tersebut. Pemerintah justru berpihak dan memfasilitasi perusahaan tambang ketimbang melindungi warga dari ancaman limbah sianida dan ancaman krisis air.

Keberadaan perusahaan tambang itu juga menyebabkan konflik horisontal. Warga pun sudah kehilangan sekitar 1.900 hektare hutan lindung demi kepentingan perusahaan tambang. Secara nyata kehadiran perusahaan tambang menyebabkan bencana sosial dan perubahan ekologi yang mengancam masa depan kehidupan warga. Berdasarkan ini, warga tetap menolak dan menuntut penutupan perusahaan tambang.

Perusahaan yang mengelola tambang emas di Tumpang Pitu adalah Merdeka Copper Gold. Pemegang saham mayoritas perusahaan ini adalah PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) dan PT Provident Capital Indonesia. Kedua perusahaan didirikan oleh Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya. Sandiaga Uno merupakan calon wakil gubernur DKI Jakarta yang akan bertarung pada putaran kedua April nanti.

Dalam jajaran komisaris, terdapat nama AM Hendropriyono, mantan Kepala Badan Intilejen Negara (BIN). Sosok ini disebut berpengaruh di lingkaran terdekat Presiden Joko Widodo. Di samping itu, Hendro juga menggandeng anaknya untuk duduk di jajaran direksi perusahaan tersebut.

Tokoh penting lainnya yang bergabung dalam perusahaan tersebut adalah Zannuba Arifah CH yang akrab dipanggil sebagai Yenny Wahid. Ia merupakan putri dari almarhum mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. [KRG]