Koran Sulindo – Warga Marawi, Filipina menolak rencana konsorsium perusahaan Tiongkok untuk membangun kota mereka yang hancur akibat perang militer dengan kelompok militan Islam yang mendeklarasikan diri bagian dari ISIS pada tahun lalu. Akibat perang itu, menurut Amnesty International menimbulkan kerusakan dan korban jiwa yang tidak sedikit.
Penolakan itu, demikian Asia Times, lantaran rancangan pembangunan kota itu sama sekali tidak melibatkan warga. Karenanya, aroma sentimen anti-Tiongkok pun kini merebak di kota itu. Keputusan akhir atas proposal pembangunan tersebut akan diputuskan akhir bulan April nanti.
Warga yang mengungsi karena perang tersebut kini diizinkan militer untuk mengunjungi rumah mereka pada 1 April lalu. Mereka lalu terkejut ketika melihat pusat kota Marawi yang hancur luluh lantak karena perang. Pertempuran militer Filipina dengan kelompok militan Islam di Marawi berlangsung selama lima bulan. Perang terlama dan terbesar di Filipina sejak Perang Dunia II.
Lebih dari 1.000 orang tewas yang sebagian besar adalah kelompok militan Islam. Selebihnya, sekitar 166 tentara dan 47 orang warga sipil menjadi korban dalam pertempuran itu. Selepas lima bulan, militer Filipina mengumumkan kemenangan. Marawi merupakan sebuah kota dengan 11 ribu keluarga, 24 desa dengan seluas 250 hektare. Kota yang baru usai dengan peperangan itu kini berubah menjadi penduduk yang anti-terhadap Tiongkok.
Setelah mengunjungi rumah mereka yang hancur itu, ribuan warga menggelar doa bersama dan berdemonstrasi. Mereka mengecam rencana rehabilitasi oleh Tiongkok yang diyakini mendapat dukungan dari pemerintah Filipina.
Pensiunan jenderal Eduardo del Rosario yang membawahi Task Force Bangon (Rise) Marawi sebelumnya telah memilih Konsorsium Bagong Marawi untuk membangun kembali kota yang berada di Pulau Mindanao itu. Biaya perkiraan pembangunan Marawi diperkirakan mencapai US$ 1 miliar. Adapun lima perusahaan Tiongkok yang tergabung dalam konsorsium untuk membangun Marawi adalah China State Construction Engineering Corp Ltd, Anhui Huali Construction Group Company, China Geo-Engineering Corp, TBEA Company dan Shandong Jinyuan Homes Industry Development Co Ltd.
Konsorsium ini akan menggandeng rekanan mereka dari perusahaan lokal yakni Future Homes Philippines Inc, A Brown Company Inc, H S Pow Construction dan Development, and SDW Realty & Development Inc. Merujuk kepada kepada data Forbes, China State Construction Engineering merupakan perusahaan global terkemuka dengan valuasi aset yang mencapai US$ 43,2 miliar pada Mei tahun lalu.
Soal ini, Presiden Rodrigo Duterte telah menyatakan, Presiden Tiongkok Xi Jinping akan memberikan dana hibah senilai US$ 79,5 juta untuk membangun kembali kota Marawi. Itu disampaikan Jinping ketika bertemu dengan Duterte di Beijing pada awal bulan ini. Soal penolakan warga itu, Del Rosario memastikan, satuan tugas yang bekerja di bawah kendalinya telah bertemu dengan warga tentang rencana rehabilitasi Marawi oleh konsorsium Tiongkok.
Selain menolak rencana pembangunan oleh konsorsium, warga Marawi juga menentang rencana pembangunan kamp militer di Marawi. Duterte beralasan pembangunan kamp militer di kota itu sebagai langkah pencegahan terhadap masuknya kelompok militan Islam dan sebagai langkah untuk peningkatan keamanan. [KRG]