Konferensi virtual, yang populer di Indonesia dengan webinar akan menjadi buah paling ranum dari serangan musibah pandemik Covid-19. Walau pandemik berakhir, tradisi konferensi virtual akan berlanjut. (1)
Ini kesimpulan dalam survei terbatas yang diselenggarakan Jurnal Ilmiah Nature. Tentu kesimpulan ini tak bisa digeneralisasi, tapi cukup menjadi petunjuk awal masa depan konferensi virtual atau webinar.
Nature adalah Jurnal Ilmu dan Teknologi yang berwibawa. Ia tak hanya berusia tua, didirikan di tahun 1869. Tapi jurnal ini juga tercatat sebagai jurnal akademik yang paling banyak dikutip, berdasarkan data Journal Citation Report 2019.
Nature membuat survei kepada 900 pembacanya yang mayoritas juga ilmuwan mancanegara. Bagaimana mereka merespon dan berharap atas konferensi virtual itu?
Tradisi panjang jurnal ini acap melakukan konferensi tatap muka tingkat nasional, regional maupun global sejak puluhan tahun lalu.
Serangan pandemik membuat tradisi konferensi tatap muka terhenti. Karena roda organisasi dan keilmuan harus tetap berjalan, teknologi memberikan solusi konferensi virtual.
Awalnya, konferensi virtual itu hanya menjadi solusi yang terpaksa saja. Solusi sementara. Tak ada solusi lain bagi perlunya brainstorming secara kolektif ketika pertemuan tatap muka dilarang.
Namun semakin lama, konferensi virtual menjadi pilihan favorit, bahkan ketika pandemik nanti sudah selesai.
Setelah setahun menyelenggarakan konferensi virtual, sebanyak 74 persen dari pembaca Nature berharap konferensi virtual berlanjut walau pandemik berakhir. Setidaknya, konferensi virtual harus menjadi bagian penting dari serial meeting kegiatan para ilmuwan itu. (2)
-000-
Tiga hal dirasakan langsung dari kelebihan dan manfaat konferensi virtual.
Pertama, menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Pertemuan tingkat nasional, apalagi regional dan global menghabiskan begitu banyak biaya untuk akomodasi: biaya pesawat, hotel, taxi, makan selama pertemuan. Juga tempat pertemuan harus besar.
Mereka harus pula menyiapkan waktu yang panjang untuk traveling. Apalagi jika ini pertemuan antar negara.
Pertemuan efektif kadang hanya beberapa sesi saja yang totalnya 6-10 jam. Tapi mereka harus menyiapkan waktu 3 hari 3 malam untuk transportasi, penginapan dan sebagainya.
Mereka harus pula meninggalkan keluarga dan tempat kerja untuk pertemuan tatap muka itu.
Kini materi yang sama, intensitas diskusi yang sama, bisa mereka peroleh melalui konferensi virtual. Mereka tak perlu traveling. Akses kepada konferensi itu bisa mereka lakukan dimana saja, di beranda rumah hingga di kantor.
Betapa banyak uang, waktu, tenaga telah dihemat untuk mendapatkan kualitas diskusi yang sama.
Kedua, mereka lebih banyak dapat mengajak anggota tim mendapatkan informasi langsung dari konferensi virtual itu.
Biasanya dalam pertemuan tatap muka regional, satu organisasi hanya mengirimkan wakilnya satu orang saja. Menambah peserta dari organisasi itu akan menambah biaya traveling, hotel, makan dan sebagainya.
Namun melalui konferensi virtual, sebanyak banyaknya peserta dalam organisasi itu dapat ikut serta. Cukup laptop itu dipantulkan ke dalam layar lebar atau televisi, begitu banyak peserta dapat mendengar sendiri, melihat sendiri konferensi virtual itu.
Lebih banyak peserta dari organisasi mendapatkan informasi baru. Lebih cepat dan lebih luas pula perkembangan baru menyebar.
Ketiga, konferensi virtual itu dapat terekam secara otomatis. Bagi yang tak bisa hadir langsung, karena satu dan dua hal, dapat mengikuti rekamannya di waktu yang berbeda.
Bahkan nara sumber yang tak bisa hadir dalam konferensi virtual, Ia dapat merekam pandangannya dalam bentuk video. Peserta tetap memperoleh informasi dari narasumber.
Hadirnya konferensi virtual memang tak terhindari bagi peradaban digital. Datangnya musibah covid-19 hanyalah mempercepat kehadiran konferensi virtual tersebut.
November 2021.
CATATAN
1. Ada banyak istilah yang berbeda seperti online meeting versus webinar. Pengertian teknis keduanya juga berbeda. Namun dalam tulisan ini, digunakan istilah konferensi virtual yang disamakan saja dengan webinar
2. Sebanyak 74 persen pembaca jurnal Nature ingin konferensi virtual berlanjut, walau pandemik sudah usai.