Koran Sulindo – Manajemen Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan menyebutkan jumlah orang dalam pemantauan (ODP) terkait dengan virus corona mencapai 31 orang. Dari jumlah ini, 2 di antaranya telah diperiksa tetapi tidak menjalani perawatan.
“Totalnya 31 ODP,” kata Direktur Utama RSUP Persahabatan Rita Rogayah dalam keterangan resminya di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dikatakan Rita, seluruh ODP yang ada di RSUP merupakan warga negara Indonesia. Rata-rata mengalami gejala demam, bantuk tanpa ada pengaruh kontak langsung dengan penderita. ODP disebut tidak menjalani perawatan secara khusus, bahkan dipulangkan apabila telah menjalani pemeriksaan.
Mereka akan tetapi, kata Rita, masuk dalam pemantauan petugas Posko Pemprov DKI sesuai dengan laporan yang disampaikan petugas medis RSUP Persahabatan. “Kalau pasien pulang bukan tanggung jawab rumah sakit lagi. ODP ini belum tentu jadi pasien, kami berikan laporan rutin setiap hari ke posko Dinkes DKI, nanti petugas dinas yang pantau,” kata Rita.
Tim medis, kata Rita, menyarankan ODP untuk beristirahat di rumah dan rutin melaporkan keberadaannya. Sementara, pasien dalam pengawasan (PDP) jumlahnya masih tetap 10 orang. “Pasien isolasi (PDP) tetap kami lakukan prosedur seperti biasa, masih tunggu laporan Litbangkes,” kata Rita lagi.
Sementara itu, Kelompok Staf Medik Paru RSUP Persahabatan Prasenohadi iku menimpali, pasien ODP tidak diberikan obat-obatan, termasuk antibiotik selama hasil cek laboratorium normal.
“Kunjungan rumah, dia diisolasi di rumah sampai masa inkubasi virus selesai. Kalau dalam masa inkubasi itu ada keluhan harus kembali ke rumah sakit untuk berobat mungkin status dia bisa jadi pasien,” kata Prasenohadi.
Bila dari hasil tes laboratorium terpapar virus, kata Prasenohadi, tim medis akan memeriksa sejumlah penyakit penyerta. Misalnya jantung, influenza, penyakit lambung dan sebagainya. Selanjutnya ODP tersebut akan naik status menjadi PDP yang harus dirawat inap di ruang isolasi Pinere RSUP Persahabatan.
“Di ruang isolasi bukan diobati virusnya, tapi biasanya ada penyakit ikutan. Jadi bukan murni. Penyakit ini (corona) tidak ada obatnya, jadi apa penyakit ikutannya. Kalau daya tahan tubuh rendah, maka akan mudah terinfeksi penyakit lain seperti bakteri,” kata Prasenohadi.
Tim medis biasanya memberi obat antibiotik penurun panas sambil dipantau suhu tubuh selama 14 hari, masa inkubasi virus corona . “Makanya kenapa dipantaunya 2 minggu, karena memang masa inkubasinya 2 minggu. Kalau saat pemantauan mengalami keburukan belum tentu dia ada gejala Covid-nya,” kata Prasenohadi.
Setelah menjalani masa isolasi 2 pekan, tim medis akan melakukan pemeriksaan lanjutan 2 hari berikutnya. “Hari pertama negatif, hari kedua negatif berarti aman. Artinya pasien bisa dipulangkan atau dikeluarkan dari ruang isolasi,” kata Prasenohadi. [WIS]