Tradisi Metatah (Kintamani.id)
Tradisi Metatah (Kintamani.id)

Koran Sulindo – Indonesia, dengan keberagamannya yang kaya, memiliki berbagai upacara ritual yang mencerminkan budaya, tradisi, dan keyakinan dari berbagai suku dan agama. Seperti di Bali ada sebuah upacara yang dilakukan oleh remaja Hindu Bali, dikenal dengan upacara potong gigi yang dalam bahasa Bali juga dikenal sebagai mepandes, mesangih, atau metatah, merupakan salah satu ritual keagamaan yang penting bagi umat Hindu di Bali.

Upacara ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Hindu Bali, khususnya bagi mereka yang telah menginjak masa remaja.

Sebagai sebuah tradisi yang telah berlangsung sejak zaman dahulu, Upacara Potong Gigi mengandung nilai-nilai luhur yang berfungsi sebagai pedoman dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak.

Upacara Potong Gigi bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan juga sarana pendidikan budi pekerti yang sangat dibutuhkan oleh para remaja. Dalam upacara ini, terkandung harapan besar bagi lahirnya anak yang suputra atau anak yang baik, yang memiliki kepribadian yang kuat dan mampu mengendalikan sifat-sifat negatif.

Sifat-sifat yang dianggap sebagai “keraksasaan” perlu dinetralisir dan dikendalikan melalui proses ini, sehingga pada akhirnya diharapkan dapat berubah menjadi sifat-sifat yang baik dan positif.

Makna Filosofis di Balik Potong Gigi

Upacara Potong Gigi memiliki makna filosofis yang dalam, mencakup tiga aspek penting dalam kehidupan:

1. Pergantian Perilaku : Upacara ini melambangkan perubahan perilaku menuju kehidupan yang lebih baik, di mana individu diharapkan mampu mengendalikan diri dari godaan nafsu dan menjadi manusia sejati.

2. Kewajiban Orang Tua : Melalui upacara ini, orang tua dianggap telah memenuhi kewajibannya terhadap anak, membantu mereka menemukan hakekat manusia yang sejati.

3. Harapan Pertemuan Kembali di Surga : Upacara ini juga mencerminkan harapan agar anak dan orang tua dapat bertemu kembali di surga setelah sama-sama meninggal.

Proses Upacara Potong Gigi

Kata “metatah” sendiri berasal dari kata “tatah,” yang dalam bahasa Bali berarti pahat. Proses potong gigi dilakukan dengan mengikir kedua gigi taring dan empat gigi seri rahang atas. Proses ini dilakukan dengan sangat hati-hati, karena memiliki makna spiritual yang dalam.

Setelah gigi dikikir, peserta metatah diminta untuk mencicipi enam rasa: pahit, asam, pedas, sepat, asin, dan manis. Setiap rasa ini memiliki simbolisme tersendiri.

Rasa pahit dan asam melambangkan ketabahan dalam menghadapi kehidupan yang keras, rasa pedas simbol kemarahan dan kesabaran, rasa sepat menandakan ketaatan pada norma-norma, rasa asin melambangkan kebijaksanaan, dan rasa manis adalah simbol kehidupan yang bahagia.

Pelaksanaan Upacara Potong Gigi

Upacara Potong Gigi umumnya dilakukan pada pagi hari setelah matahari terbit, meski di beberapa daerah di Bali, upacara ini juga dapat dilaksanakan pada subuh sebelum matahari terbit. Pakaian yang dikenakan saat upacara ini sangat khusus, berwarna putih dan kuning, melambangkan kesucian dan kebersihan.

Sehari sebelum upacara, biasanya dilakukan upacara mekekeb atau mepingit untuk peserta potong gigi, di mana mereka dilarang keluar rumah. Potong Gigi adalah ritual yang memerlukan biaya tidak sedikit, sehingga sering diadakan metatah massal yang dapat diikuti oleh masyarakat yang kurang mampu. Bahkan, beberapa desa di Bali menyediakan potong gigi massal secara gratis.

Metatah adalah ritual wajib bagi umat Hindu Bali, dan merupakan kewajiban orang tua untuk melaksanakannya sebelum anak mereka memasuki jenjang perkawinan.

Dengan melaksanakan Upacara Potong Gigi, masyarakat Bali tidak hanya menjalankan tradisi, tetapi juga memperkuat hubungan spiritual dan sosial yang diwariskan dari generasi ke generasi. [UN]