Koran Sulindo – Hari-hari ini, orang mulai banyak yang membicarakan, siapa nanti pemenang Pemilihan Presiden 2019. Sebagai orang yang berkecimpung di dunia politik cukup lama, saya melihat Presiden Joko Widodo atau Jokowi sampai sekarang belum ada pesaingnya.
Memang, tak bisa dinafikan, cita-cita dan kinerja Jokowi sebagai presiden dalam membangun infrastruktur sangat baik, bahkan bila dibandingkan beberapa presiden sebelumnya. Sungguhpun begitu, harus selalu diingat, hanya dengan membangun infrastrukur besar-besaran bukanlah jalan keluar dari berbagai masalah yang ada di negara ini. Karena, dari fakta-fakta yang ada, pembangunan infrastruktur secara masif akan berakibat pada turunnya daya beli masyarakat, yang artinya juga akan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Fakta-fakta itu bisa dilihat dari apa yang terjadi di negara yang menggeber pembangunan infrastruktur secara luar biasa. Dampaknya: ekonomi negara itu secara keseluruhan terganggu. Contohnya adalah Brazil dan Argentina, yang keduanya sempat masuk kategori negara-negara yang tak mampu membayar utang karena pembangunan infrastruktunya.
Namun, sejauh ini saya melihat, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi masih berhati-hati untuk menambah utang.
Di sisi lain, jangan pula berpikir, karena Jokowi belum ada lawan yang mampu menyaingi serta-merta Jokowi pasti menang nanti dalam Pilpres 2019. Kita harus melihat pada kasus Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, seorang gubernur yang sangat baik, yang hanya bisa dibandingi kinerjanya dengan kinerja Gubernur Ali Sadikin, tapi kok bisa kalah.
Jadi, dalam kontestasi politik bukan sekadar keberhasilan membangun infrastruktur yang menjadi faktor penentu kemenangan dalam pemilihan—apalagi bila pembangunan infrastruktur membuat lemahnya daya beli masyarakat. Jadi, pembangunan infrastruktur bukan jaminan penuh untuk menang.
Yang juga punya pengaruh besar pada kemenangan Pilpres 2019 nanti, menurut pengamatan saya, adalah hasil Pemilihan Kepala Daerah 2018. Karena, bagaimanapun, kepala daerah atau eksekutif di daerah-daerah sedikit-banyaknya dapat menentukan perolehan suara dalam pemilihan presiden.
Nah, sekarang tinggal kita lihat, siapa lawan Jokowi nanti, meski hari ini belum terlihat jelas. Kemungkinan yang akan muncul adalah Prabowo Subianto. Juga Anies Baswedan, yang bisa menjadi kuda hitam dalam Pilpres 2019. Kemenangan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta harus menjadi perhatian para pendukung Jokowi.
Selain itu, para pendukung Jokowi sebaiknya tak terbawa oleh isu-isu yang diciptakan rival politik, sehingga memberikan pujian yang berlebihan kepada Jokowi dan menghujat rival politiknya. Saya mengatakan ini karena kenyataannya banyak pendukung Jokowi memiliki sikap fanatik yang luar biasa, yang menempatkan Jokowi seolah-olah dewa.
Para pendukung Jokowi mestinya menyadari, Jokowi sebagai presiden, sebagai pemenang, sebagai petahana, haruslah tampil lebih dewasa dari rival-rival politiknya. Sikap pendukung ini juga menjadi faktor utama dalam upaya meraih kemenangan di Pilpres 2019. Karena itu, para pendukung Jokowi jangan emosional, terutama di media massa dan media sosial, tapi harus bersikap rasional, dalam menghadapi rival-rival politik Jokowi. Janganlah membuat pencitraan berlebihan kepada Jokowi dan mendewa-dewakan dirinya. Karena, cara-cara seperti itu justru dapat menjadi kontraproduktif, menjadi bumerang, memicu kemuakan the silent majority.
Kalau pihak rival politki mencoba memancing emosi, diamkan saja. Saya yakin, the silent majority sudah muak dengan sikap-sikap yang sektarian, fundamentalis, sikap berlebihan. Karena itu, pendukung Jokowi jangan ikut-ikutan. Tak ada keuntungan apa pun yang bisa diperoleh dari sikap seperti itu.
Bagi Jokowi pribadi, dalam rentang waktu sampai Pilres 2019 nanti, yang paling penting adalah menjaga ucapan dan perilakunya: jangan membuat kesalahan. Karena, adalah suatu keniscayaan bila rival-rival politik Jokowi menunggu-nunggu kesalahannya.
Sekali lagi, saya melihat, kesempatan Jokowi untuk memenangkan Pilpres 2019 masih lebih besar dari rival-rivalnya. Apalagi, masih cukup waktu bagi Jokowi sebagai presiden untuk terus memperbaiki kondisi negara menjadi lebih baik. Masih ada kesempatan bagi Jokowi untuk membenahi berbagai masalah yang membelit negeri ini. []