Ilustrasi

Koran Sulindo – Puluhan truk tentara dan polisi menurunkan penumpang di sudut-sudut strategis Jakarta, pagi ini. Diperkirakan puluhan ribu pengunjukrasa diduga akan memenuhi jalanan setelah Sholat Jumat. Mereka akan menuju seberang Istana Merdeka, tempat Presiden Joko Widodo berkantor. Dipimpin Front Pembela Islam, mereka menuntut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) mundur dari jabatannya karena dituduh menista agama. Tapi hari ini Presiden Jokowi tidak ada di sana.

“Ia bukan Muslim tapi menghina Al Quran. Jangan mengutip apapun dari Quran, apalagi menafsir secara salah. Demi Allah ia harus dipenjara,” kata salah seorang pendemo, Muhammad, kepada Reuters.

Beberapa kelompok muslim menuduh Ahok menistakan agama, ketika berbicara di Kepulauan Seribu, bahwa para pesaingnya dalam Pilkada menyerangnya dengan menggunakan surat Al Maidah ayat 51.

Cerita itu memanjang. Setelah itu arah kritik berubah menyerang Jokowi. Pemerintahnya disebut tak cukup berbuat untuk menyejukkan tensi agama dan etnis dalam Pilkada Jakarta.

Dan ketegangan memang terasa di Jakarta pada hari ini. Jalanan sepi. Banyak perusahaan menyuruh para pegawai libur.

“Berjaga-jaga kalau ada bentrokan. Kumpulan banyak orang gampang banet di provokasi,” kata Novi Suhartini, pegawai sebuah perusahaan iklan.

Di media sosial, ada perlawanan maya. Tagar #kamitidaktakut dan #aksidamai411 menjadi trending topics di Twitter.

Beberapa spanduk bertebaran di jembatan penyeberangan. “Agama dan sukumu tidak penting, asal kamu berbuat baik pada sesama,” tulisan di salah satu spanduk.

Siang ini sekitar 10 ribu pendemo memenuhi bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Dari sini mereka akan jalan kaki ke arah istana.

Sebelumnya banyak dari mereka melaksanakan Sholat Jumat di trotoar. Puluhan pendemo datang dengan bis. Banyak perempuan dan anak-anak juga.

Beberapa lelaki berjubah putih, sambil meneriakan “Allahu Akbar”, membawa bendera Merah Putih, dan poster bertuliskan “Tangkap atau Usir Ahok”, seperti ditulis The Straits Times.

Polisi menjaga gedung-gedung kementerian, Monas, dan istana kepresidenan. Kendaraan lapis baja juga bertebaran di sudut-sudut Ibukota.

“Ini bukan pilihan, ini tugas suci. Kami tidak anti suku. Kami hanya ingin hukum ditegakkan sebab penistaan agama sudah dilakukan,” kata perempuan pendemo, Becky pada stasiun TVOne.

Banyak dari pendemo sudah menginap di area itu sejak Kamis malam. Penggerak demo mengharapkan hari ini terkumpul 200 ribu orang. Demo bertajuk “Jatuhkan Ahok” ini pernah juga dilaksanakan pada 14 Oktober lalu.

Polisi takut demo Islam itu akan disusupi simpatisan Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) dari kelompok militan lokal, Jemaah Ansharut Tauhid dan Jemaah Ansharut Daulah.

Apakah demo kedua ini akan berpengaruh pada Ahok? Yang jelas pemberitaan media massa pada aksi kedua ini jauh lebih ramai dari 3 minggu lalu. Presiden Jokowi juga memberi api, dengan memerintah polisi dan tentara bersiaga penuh, mengundang para ulama ke istana, juga mengundang para pemimpin redaksi.

Tapi Ahok justru telihat rileks dan kalem. Dia tetap berkampanye keliling kota, walau di Rawa Belong sempat diusir sebuah kelompok.

Gaya Kepemimpinan Ahok yang lugas dan apa adanya, sering dengan bicara keras, menjadi target rasistik para pemimpin muslim garis keras seperti FPI. Namun Orang Cina asal Belitung yang beragama Kristen ini mendapat dukungan kuat para penduduk Jakarta yang melihatnya sebagai pemimpin yang bersih dan cakap. Ia mengubah wajah Jakarta menjadi lebih baik selama ia berkuasa. [Reuters/The Strait Times/DAS]