Koran Sulindo – Tak selamanya orang menjadi jahat. Belajar dari kisah keislaman Umar bin Khattab, kita disadarkan untuk tidak mudah memvonis orang yang pernah berlaku kelam akan selamanya jahat dan tidak akan pernah menjadi baik di kemudian hari.
Pada masa Jahiliyyah, Umar bin Khattab dikenal sebagai sosok yang bengis, kejam, dan suka minum-minuman keras. Selain itu, ia juga memiliki banyak istri dan anak. Kebanyakan istrinya meninggal dunia.
Lalu bagaimana sosok yang begis ini bisa memeluk Islam? Ustadz sekaligus pengajar di Pondok Pesantren Zawiah Arraudhah, Tebat, Jakarta Selatan Rizky Zulkarnain mengungkap, Umar bin Khattab masuk Islam pada tahun keenam masa kenabian.
Saat itu, kata Ustadz Rizky, Umar berusia 27 tahun. Pada suatu hari ia mendengar bahwa Rasulullah SAW mulai banyak orang-orang yang masuk Islam. Mendengar hal itu, Umar pun lantas membawa pedang hendak membunuh Rasulullah.
Di perjalanan, Nu’aim bin Abdillah melihat sosok Umar yang membawa pedang. Nu’aim bin Abdillah yang telah dulu masuk Islam takut Rasulullah dibunuh oleh Umar, yang kemudian hendak mencegah perbuatannya itu. Nu’aim memberitahu kepada Umar bahwa adik Umar telah masuk Islam.
Umar pun bergegas balik menuju rumah adiknya dengan emosi yang memanas. Di depan rumah, Umar sayup-sayup mendengar bacaan al-Quran dari adik dan suaminya. Langsung Umar membuka pintu tersebut, tangannya yang besar menampar adiknya dengan keras.
Namun, matanya melirik lembaran kertas yang berisikan tulisan al-Quran yang sedang dibaca adiknya. Dengan hanya melihat hal itu, hatinya tersentuh dan luluh, lembaran kertas tersebut berisikan surat Taha.
Seketika itu Umar ingin bertemu Rasulullah.
“Tunjukkan aku keberadaan Muhammad,” ucap Umar.
Umar bin Khattab merupakan sosok yang sangat disegani. Sosoknya yang besar, tinggi dan gagah membuat orang yang menatapnya segan untuk membantah. Bahkan, setan-setan pun takut jika melihat bayangan beliau.
Akan tetapi, sosok yang disegani ini sebenarnya dulu sangat membenci Islam.
Umar bin Khattab mempunyai nama lengkap Umar bin Khattab bin Nufail bin Abd al-Uzza bin Riyah bin Qurth bin Razah bin ‘Adiy bin Lu’aiy bin Quraisy al-‘Adawiy. Usianya 13 tahun lebih muda dari Rasulullah SAW yakni pada tahun 584 M.
Para sahabat Nabi, kata Rizky ketika itu, terutama Nu’aim bin Abdullah panik dan takut Rasulullah akan dibunuh olehnya. Namun, sesampainya di rumah Rasulullah, beliau dengan hati yang lembut membuka pintu rumah.
“Apa yang membuatmu datang ke sini, Wahai Umar?” tanya Rasulullah SAW.
Saat itu juga, ia langsung mengucapkan dua kalimat syahadat dan menyatakan keislamannya. Rasulullah dan para sahabat yang mendengar hal itu menyambut bahagia keislaman Umar.
Masuknya Sayyidina Umar bin Khattab semakin menambah kekuatan kaum Muslimin ketika itu. Umar bin Khattab menyarankan agar Rasulullah SAW berdakwah secara terang-terangan dan Sayyidina Umar sebagai jaminannya.
Seiring berjalannya waktu, saat Rasulullah SAW meninggal, ia merupakan salah satu orang yang sangat terpukul terhadap berita tersebut. Bahkan beliau beranggapan bahwa Rasulullah tidak meninggal, ia layaknya Nabi Musa As yang meninggalkan kaumnya dan datang kembali.
Setelah Nabi wafat, Abu Bakar menjadi pengganti Rasulullah SAW dan Umar bin Khattab menjadi penasihat Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar meninggal, Umar bin Khattab ditunjuk sebagai pengganti dari Abu Bakar. Di bawah kepemimpinan Umar, Islam mengalami kemajuan yang pesat.
Beliau melakukan ekspansi ke beberapa daerah seperti Mesopotamia, sebagian Persia, Mesir, Palestina, Suriah, Afrika Utara, dan Armenia. Itulah sosok sahabat Rasulullah SAW yang dahulu membenci Islam kini menjadi sosok yang sangat berjasa bagi Islam.
Dari sini kita bisa melihat bahwa Allah lah yang mampu membolak-balikkan hati hambanya. Dari yang membenci menjadi yang paling cinta. Manusia hanya tempatnya salah, tetapi tidak sepenuhnya mereka terus berbuat salah.
“Karena itu bagian perjalanan, semua orang bisa berubah tanpa harus kita menuduh satu sama lain. Baik-salah itu perspektif bagi orang yang memandang, tapi itu semua kembali kepada sang pencipta yakni Allah,” kata Rizky. [WIS]