Ulama Suriah: Krisis Suriah adalah Krisis Politik, bukan Agama

Ilustrasi/Getty Image

Koran Sulindo – Ketua Dewan Rekonsiliasi Suriah Syekh Adnan Al-Afyouni mengatakan krisis Suriah adalah krisis politik bukan krisis agama. Agama itu ada untuk mempersatukan, bukan memecah belah bangsa.

“Agama itu memberikan mengarahkan norma yang baik dan juga mendorong manusia bekerja sama dan bersatu dalam negara,” kata Syekh Adnan, saat menjadi narasumber pada seminar “Jangan Suriahkan Indonesia”,  di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (1/11/2018), seperti dikutip nu.or.id.

Diskusi ini diselenggarakan Ikatan Alumni Syam Indonesia (Al-Syami).

Menurut Syekh Adnan, masalah yang dihadapi Suriah sebenarnya bukan dari rakyatnya sendiri, melainkan dari wilayah luar.

“Sebagaimana disampaikan dubes Indonesia, banyak negara yang terlibat. Mereka bertempur untuk memperebutkan kepentingan masing-masing,” katanya.

Qatar, misalnya, menginginkan jalur pipa gas melalui Suriah. Amerika Serikat ingin mengamankan Israel dari kemungkinan serangan dari Suriah. AS sejak 2008 juga sudah menemukan ada kekayaan alam gas di Suriah dan ingin menguasai gas dan minyak sebagaimana yang dilakukan di Irak.

Sebelum perang Suriah, warga negara itu terjamin keamanan dan ekonominya. Suriah juga menggratiskan pendidikan bagi seluruh masyarakatnya dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Layanan kesehatan juga gratis di semua rumah sakit.

“Lalu apa lagi yang dicari? Segala sesuatu yang menyangkut kebutuhan pokok dijamin Pemerintah,” katanya.

Bahkan Mufti sekitar Damaskus ini menegaskan dulu Suriah termasuk negara yang paling aman dan murah dalam hal kebutuhan hidup.

“Tidak ada orang faqir satu pun di Suriah.”

Hanya saja, ada kelompok yang memainkan emosi kelompok agama tertentu melalui propaganda di masjid. Karena memang tidak ada lagi celah yang bisa dimasuki selain agama. Mereka pun menebar teror pembunuhan kepada penganut Kristen dan Syiah. Akan tetapi mereka tidak berhasil.

“Itu semua tidak berhasil karena mayoritas Suriah tidak rela agama dijadikan politik,” kata Syekh Adnan.

Sebelumnya, Duta Besar Indonesia untuk Suriah Djoko Harjanto juga mengatakan hal yang sama. Ia menyebut bahwa ada banyak keterlibatan negara luar di sana selain dua negara yang telah disebutkan tadi, seperti Turki, Yordania dan Perancis. Tiongkok juga bermain di sektor ekonominya. Karenanya, pemerintah Suriah berupaya mempertahankan diri dengan mengundang Rusia dan Iran.

Djoko dengan tegas menyatakan tidak ada konflik agama. Pasalnya, ia yang Sunni biasa saja ketika shalat di Masjid Syiah.

“Yang menjadi panas karena Suriah dibantu Iran. Itu mungkin yang dibuat ramai,” kata Djoko. [DAS]