Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un (tengah), di mausoleum di Pyongyang, tempat disemayamkan jenazah ayahnya (Kim Jong-il) dan kakeknya (Kim Il-sung). Foto: KCNA

Koran Sulindo – Uji coba rudal balistik Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK – Korea Utara) membuat Jepang, negara tetangganya ketar-ketir. Pasalya, uji coba rudal itu mendarat di laut yang memisahkan kedua negara.

Militer Korea Selatan memantau uji coba rudal yang dilakukan pada Minggu (14/5) dini hari terbang dengan ketinggian sekitar dua ribu kilometer. Rudal itu juga mampu menembus jarak sekitar 700 kilometer.

Pejabat Amerika Seikat (AS) seperti yang dilaporkan The Independent pada Minggu (14/5) belum bisa mengidentifikasi jenis rudal yang diuji coba itu. Lalu, apakah uji coba itu berhasil atau tidak. Korea Utara terakhir melakukan uji coba rudal pada April 2017, namun gagal setelah meluncur beberapa menit.

Para ahli militer AS memperkirakan Korea Utara sedang menguji coba rudal balistik jarak menengah. Menanggapi uji coba rudal Korea Utara itu, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe terlihat panik. Ia karenanya sibuk menelepon sekutunya sejak pagi.

Uji coba itu, kata Abe, sangat menganggu keamanan negaranya. Terlebih jarak kedua negara secara geografis tidak terlalu jauh. Kekhawatiran Abe itu sangat bisa dimaklumi karena uji coba rudal Korea Utara itu mendarat di perairan laut yang memisahkan kedua negara.

Selepas uji coba rudal itu, Abe melalui Menteri Luar Negeri Jepang menghubungi sekutunya Korea Selatan tentang kebenaran peluncuran uji coba rudal itu. Sedangkan penasihat keamanannya, Shotaro Yachi menghubungi H.R. McMaster, pejabat keamanan AS untuk meminta nasihat tindakan politik apa yang harus dilakukan Jepang untuk Korea Utara.

Uji coba rudal balistik Korea Utara kali ini disebut jarak tembak terjauh dibandingkan dengan rudal uji coba yang perna dilakukan Korea Utara di kawasan Kusong pad Februari lalu. Peluncuran rudal ini hanya beberapa hari setelah Korea Selatan menggelar pemilihan presiden baru.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in yang mulai menjabat pada Rabu lalu siap berdialog dengan Korea Utara untuk mempertahankan keamanan di Semenanjung Korea. Bahkan jika diperlukan ia siap terbang ke Washington, Tiongkok dan ke Tokyo.

“Jika situasi memungkinkan saya akan mengunjungi Pyongyang,” kata Moon dalam pidato pertamanya di Majelis Nasional Korea Selatan. [KRG]