UBUR-UBUR salah satu hewan laut yang unik, terungkap sebagai makhluk tanpa otak yang mencengangkan. Menariknya, 98 persen tubuh ubur-ubur terbuat dari air, menjadikannya entitas yang tampak rapuh. Namun, keberadaan mereka telah mencapai usia yang luar biasa, bahkan lebih tua dari dinosaurus, dan berhasil selamat dari kepunahan massal.
Ubur-ubur juga merupakan hewan karnivora yang memakan ikan, krustasea, dan invertebrata laut lainnya. Mereka menggunakan tentakelnya yang panjang dan berbisa untuk menangkap mangsanya. Nematosista, yaitu sel-sel khusus yang terdapat pada tentakel ubur-ubur, melepaskan racun yang melumpuhkan mangsa. Setelah mangsanya lumpuh, ubur-ubur akan memasukkannya ke dalam mulutnya dan mencernanya.
Menurut penelitian ahli biologi ubur-ubur, Lucas Brotz, tubuh bagian atas ubur-ubur memiliki bentuk mirip lonceng, terdiri dari dua lapisan sel tipis dengan materi berair. Meskipun tidak dilengkapi otak seperti hewan lain, ubur-ubur memiliki dua sistem saraf yang memainkan peran penting. Jaringan saraf besar mengontrol gerakan berenang, sementara jaringan saraf kecil memungkinkan ubur-ubur menggunakan satu tentakel untuk memindahkan mangsa ke mulutnya.
Keunikan lainnya dari ubur-ubur adalah kemampuan bioluminescence yang dimiliki oleh lebih dari 3.000 spesies ubur-ubur di seluruh dunia. Mereka dapat menciptakan cahaya dari dalam tubuhnya, menciptakan pemandangan yang menakjubkan di dasar laut.
Namun, anehnya, bahaya ubur-ubur tidak berakhir setelah kematian. Tentakel yang dilengkapi dengan nematocyst, walaupun ubur-ubur sudah tidak hidup, masih mengandung racun yang mampu menyengat. Seorang ahli ekologi, Sean Colin, bahkan mengingatkan bahwa konsumsi cumi-cumi yang pernah memangsa ubur-ubur dapat menyebabkan rasa sakit, karena tentakel yang menyimpan racun tetap aktif.
Ubur-ubur juga memiliki spesies istimewa, seperti Turritopsis nutricula, yang dikenal sebagai “hewan abadi.” Spesies ini dapat memalsukan kematiannya dengan menjalani proses transdiferensiasi seluler, di mana sel-sel organisme tersebut menjadi sel baru. Kemampuan ini membuat Turritopsis nutricula menjadi subjek penelitian, terutama dalam memahami sel kanker, dan spesies ini ditemukan menghuni perairan hangat di Karibia dan Mediterania.
Ubur-ubur juga telah dikonsumsi oleh manusia selama berabad-abad. Mereka merupakan sumber protein dan nutrisi yang baik. Ubur-ubur mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Protein ubur-ubur lebih tinggi daripada protein ikan, yaitu sekitar 20-25%. Ubur-ubur juga mengandung vitamin B1, B2, B3, B12, dan C.
Tidak hanya untuk dikonsumsi sebagai makanan yang bernutrisi, Ubur-ubur juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri, seperti kosmetik, obat-obatan, dan pupuk. Kolagen yang terdapat pada ubur-ubur dapat digunakan untuk membuat produk kosmetik, seperti pelembap, serum, dan masker wajah. Kolagen juga dapat digunakan untuk membuat obat-obatan, seperti obat anti-inflamasi dan obat anti-kanker. Selain itu, ubur-ubur juga dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk.
Melalui semua manfaat dan keunikannya, ubur-ubur terus menjadi misteri alam yang menakjubkan, mengajarkan kita bahwa banyak hal yang tak terduga di samudera yang luas yang tidak banyak diketahui orang lain. Keberagaman fungsional ubur-ubur juga menunjukkan potensi besar dalam memanfaatkannya untuk kebutuhan manusia. [UN]