Suluh Indonesia – Di tengah kehadiran media online yang makin masif, masyarakat masih menempatkan televisi pada posisi tersendiri. Siaran televisi mampu menarik perhatian masyarakat karena ia melibatkan unsur audio, visual, dan gerak.
Media TV masih menjadi sumber hiburan, informasi, dan pendidikan. Bagi masyarakat, TV berfungsi sebagai media untuk melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari.
Televisi juga berfungsi untuk mengangkat talenta tersembunyi masyarakat dan sebagai media pengelola stres, melarikan diri dari kejenuhan, menumbuhkan hasrat untuk ketenaran di kalangan pemirsa, sebagai identifikasi dan interaksi sosial.
Karena itu, meski mendapat saingan dari media online, TV tetap tidak tergantikan. Meski biaya operasional TV sangat besar, namun uang yang berputar dalam bisnis ini juga tidak sedikit. Besarnya kue iklan menjadi alasan menarik untuk mendirikan stasiun TV.
Anggaran iklan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, di mana rata-rata media TV mendapat bagian di atas 65%, bahkan tahun 2016 hampir mencapai 67%. Pengiklan memilih stasiun TV yang mempunyai audience share besar untuk beriklan.
Semakin banyak penonton, semakin diminati pemasang iklan. Prinsip ini membuat pemilik TV berupaya agar memperoleh banyak penonton. Selain menciptakan program yang menarik, mereka membentuk siaran berjejaring, bekerjasama dengan stasiun TV lokal lain. Melalui jejaring, pesan dapat disebarluaskan pada khalayak yang lebih luas.
Baca juga: TVRI dari Masa ke Masa
Penyiaran TV merupakan bisnis yang memerlukan investasi besar. Tidak heran bila pengusaha yang memasuki bisnis ini banyak berasal dari pemodal besar. Karena memerlukan banyak investasi, perusahaan TV melakukan komersialisasi agar memperoleh pendapatan yang agresif.
Salah satu usaha yang dilakukan adalah mendekati pusat kekuasaan dengan memanfaatkan media miliknya. Akibatnya, media tidak lagi sebagai mediator dari stakeholder, melainkan menjadi pemain yang ikut menciptakan opini dan memperjuangkan agendanya sendiri.
Situasi ini mendorong simbiosis bertemunya antara media, kapital, dan kekuasaan politik. Elit politik memanfaatkan media untuk memperoleh dukungan masyarakat melalui penciptaan opini publik. Sementara media mendapatkan dukungan kapital dan regulasi dari pusat kekuasaan.
Jangkauan siaran TV yang luas menguntungkan pemilik media dalam berbagai aspek, khususnya secara bisnis dan politik. Selain lebih diminati pemasang iklan, pemilik media dapat mempromosikan diri secara cepat dan luas. Situasi ini menguntungkan bagi broadcaster TV membangun citra dan dukungan politik untuk memudahkan dirinya masuk ke lingkaran kekuasaan. [AT]