Koran Sulindo – Kesepakatan bersejarah yang dibuat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan pemimpin Republik Demokratik Rakyat Korea (Korea Utara) Kim Jong Un pada 12 Juni lalu tampaknya akan berakhir sia-sia. Putaran negosiasi untuk mewujudkan kesepakatan justru membuat Korea Utara merasa tertekan.
Itu sebabnya pertemuan antara Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan pejabat Korea Utara Kim Yong Chol selama 2 hari di Pyongyang tidak menghasilkan apa-apa. Korea Utara justru mengecam tindakan Pompeo yang secara sepihak selalu menginginkan denuklirisasi secara menyeluruh Korea Utara.
Dan seperti yang dilaporkan Straits Times pejabat Korea Utara menyebut tindakan AS itu sebagai tuntuan “gangster”. Tidak mau disebut demikian, Pompeo yang sudah meninggalkan Pyongyang dan sedang berada di Tokyo menyebut “jika tuntuan AS disebut gangster, maka seluruh dunia adalah gangster.”
Pernyataan itu disampaikan Pompeo ketika bersama dengan Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono dan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung Wha selama di Tokyo pada Minggu (8/7).
Dalam kunjungan ketiganya ke Pyongyang, Pompeo ingin membicarakan untuk mewujudkan kesepakatan yang ditandatangani Trump dan Jong Un di Singapura pada 12 Juni lalu. Meski negosiasi kedua negara tidak menemukan keputusan, Pompeo sebelum bertolak ke Jepang mengatakan, negosiasi dengan Korea Utara mengalami kemajuan.
Akan tetapi, setelah Pompeo meninggalkan Pyongyang, pejabat Korea Utara mengeluarkan pernyataan yang mengecam tindakan AS yang menuntut secara sepihak seperti tindakan gangster. Walau begitu, delegasi AS pada Minggu menyampaikan, pembicaraan kedua negara punya itikad baik dan produktif.
Utusan AS itu berharap agar Kom Jong Un punya tekad dan berkomitmen menindaklanjuti kesepakatan yang telah dibuatnya bersama Trump. Jika tuntutan semacam itu seperti tuntuan gangster, maka dunia adalah gangster. Terlebih tuntutan itu keputusan bulat Dewan Keamanan PBB.
Rasa optimistis Pompeo itu tidak sejalan dengan apa yang diyakini Korea Utara. Karena tuntuan sepihak AS yang mirip tindakan gangster itu, maka itu akan memicu rasa saling tida percaya dan bisa memicu ketegangan di wilayah Semenanjung Korea. [KRG]