US President Donald Trump (R) and Russia's President Vladimir Putin talk as they make their way to take the "family photo" during the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) leaders' summit in the central Vietnamese city of Danang on November 11, 2017. World leaders and senior business figures are gathering in the Vietnamese city of Danang this week for the annual 21-member APEC summit. / AFP PHOTO / POOL / JORGE SILVA (Photo credit should read JORGE SILVA/AFP/Getty Images)

Koran Sulindo – Amerika Serikat (AS) di bawah Donald Trump tampaknya kini kesulitan untuk mengidentifikasi musuh dan kawan. Sekutu utamanya pun yaitu Uni Eropa kini sudah dianggap musuh terutama dalam hal perdagangan.

Uni Eropa bagi Trump sama halnya seperti Tiongkok dan Rusia. Akan tetapi, itu tidak membuat mereka menjadi buruk. Mereka itu kompetitor. Demikian ia sampaikan dalam wawancaranya dengan CBS Evening News pada Sabtu sebelum bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Helsinki.

Ketika bertemu dengan Putin, Trump berniat agar 12 perwira intelijen Rusia diekstradisi ke AS karena meretas situs Partai Demokrat selama pemilihan presiden AS pada 2016. Akan tetapi, penasihat keamanan AS John Bolton meragukan niat Trump selama tuntutan itu dinilai tidak penting.

Dalam wawancaranya itu, Trump juga menekan harapan publik terhadap dirinya ketika bertemu dengan Putin. Terutama tentang ekstradisi perwira intelijen yang diduga mengganggu pemilihan presiden AS pada 2016. Bahkan Trump tidak berjanji untuk meminta itu kepada Putin.

Ia hanya mengatakan, “Mungkin saya akan bertanya kepadanya, tapi saya tidak terlalu memikirkan itu. Tapi, selama pemerintahan Obama, mereka melakukan apapun selama Obama memerintah,” tutur Trump seperti dikutip South China Morning Post pada Minggu (15/7).

Penasihat kemanan John Bolton dalam wawancaranya dengan ABC’s This Weekmengatakan, ketika bertemu dengan Putin, Trump tidak akan menuntut ekstradisi perwira intelijen Rusia yang dituduh mencampuri Pilpres AS 2016. Jika Trump memang serius, semestinya itu menjadi agenda resminya ketika bertemu dengan Putin.

Putin mungkin saja tidak akan menanggapinya apalagi AS dan Rusia tidak punya perjanjian ekstradisi. Karena itu, menuntut sesuatu yang tidak pernah terjadi membuat posisi Trump akan lemah. Di samping Partai Demokrat, menurut Trump, Partai Republik juga menjadi sasaran hacker Rusia, tapi gagal karena tingkat keamanan sibernya tinggi.

Itu sebabnya, menurut Trump, Partai Demokrat seharusnya malu karena peretasan itu terjadi karena rendahnya tingkat keamanan siber mereka.

Laporan CNN pada Januari tahun lalu menyebutkan, Direktur FBI James Comey ketika itu kepada panel di Senat menyebutkan, surat elektronik milik Partai Republik juga menjadi sasaran peretasan Rusia. Namun, peretasan gagal lantaran tingkat keamanannya tinggi. [KRG]