Koran Sulindo – Kasus campak yang mewabah di Filipina kini telah mencapai sekitar 14 ribu penderita. Jumlah ini disebut akan terus meningkat bahkan ketika pemerintah sedang giat-gitanya mengkampanyekan melawan ketakutan akan vaksin Dengvaxia, vaksin yang dinilai pemicu kematian akibat demam berdarah.
Catatan pemerintah Filipina seperti yang diberitakan Straits Times pada Minggu (3/3), jumlah penderita campak mencapai 14.938 kasus. Dari jumlah itu, jumlah yang meninggal dunia akibat campak hingga akhir Februari 2019 mencapai 238 kematian.
“Jumlah ini akan terus meningkat. Kami akan melanjutkan kampanye kami secara terus menerus untuk memvaksinasi anak-anak yang rentan terkena campak,” kata Wakil Menteri Kesehatan Filipina Eric Domingo.
Pemerintah telah mengumumkan darurat wabah campak di Manila pada awal Februari lalu. Keputusan diambil setelah penularan dan kematian akibat campak melonjak tajam. Kematian akibat campak meningkat menjadi 200 orang pada tahun lalu. Padahal, 2017 jumlah kematian akibat campak hanya 50 orang.
Ini disebabkan ketakutan masyarakat akan vaksin Dengvaxia, vaksin untuk demam berdarah yang diberitakan gratis oleh pemerintahan Filipina di bawah Rodrigo Duterte. Akan tetapi, vaksin ini justru memicu percepatan penderita demam berdarah menjadi lebih buruk.
Karena kekhawatiran ini, masyarakat lantas menolak untuk mendapatkan imunisasi campak gratis dari pemerintah. Setelah kasus vaksin Dengvaxia untuk demam berdarah itu, pemerintah resmi melarang penggunaannya. Jaksa bahkan kemungkinan akan menuntut perusahaan yang memproduksi vaksin karena telah merenggut 10 nyawa yang diduga karena Dengvaxia. [KRG]