Para Abdi Dalem Keraton Kasepuhan Cirebon melaksanakan ritual Siraman Panjang. (Juan/Ciremaitoday.com)

Koran Sulindo – Memasuki bulan Maulud, Keraton Kasepuhan Cirebon melaksanakan salah satu tradisi pentingnya, yaitu Siraman Panjang. Tradisi ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang dikenal dengan nama Muludandi Cirebon.

Siraman Panjang merupakan prosesi mencuci benda-benda pusaka yang berusia ratusan tahun dengan menggunakan air yang telah didoakan.

Dalam Siraman Panjang tahun 2019, yang dilansir dari laman Ciremaitoday, prosesi tersebut dipimpin langsung oleh Sultan Sepuh XIV, Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat.

Bersama dengan para Abdi Dalem, Sultan mencuci benda-benda pusaka bersejarah yang sangat berharga. Beberapa di antaranya adalah sembilan piring yang telah berusia sekitar 700 tahun, serta 40 piring lainnya yang memiliki kaligrafi indah dan telah berusia sekitar 600 tahun.

Selain piring, terdapat pula dua guci yang juga berusia 700 tahun dan dua botol kristal berusia 500 tahun.

Benda-benda pusaka yang disucikan ini merupakan peninggalan para wali yang memiliki peran penting dalam menyebarkan agama Islam di Cirebon.

Bangsal Pungkuran Keputren di Keraton Kasepuhan menjadi tempat utama dilangsungkannya prosesi Siraman Panjang ini.

Setiap tahunnya, tiga Keraton di Cirebon, termasuk Keraton Kasepuhan, melaksanakan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan dan upaya menjaga warisan budaya leluhur.

Makna di Balik Prosesi Siraman Panjang

Sultan Sepuh XIV menjelaskan bahwa Siraman Panjang bukan sekadar ritual membersihkan benda pusaka, melainkan memiliki makna spiritual yang mendalam.

Tradisi ini merupakan bentuk persiapan menjelang puncak peringatan Maulid Nabi, yang akan dihelat melalui tradisi Panjang Jimat, sebuah pawai besar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Prosesi Siraman Panjang diawali dengan iring-iringan Abdi Dalem yang membawa benda-benda pusaka yang dibungkus dengan kain putih.

Diiringi oleh keluarga dan kerabat keraton yang duduk melingkari pusaka, mereka melantunkan tawasul dan sholawat sebagai doa dan penghormatan.

Dalam tradisi ini, air memiliki peran yang sangat penting. Dalam ajaran Islam, air merupakan elemen yang sangat vital, karena hampir semua makhluk hidup terdiri dari air, termasuk manusia yang sekitar 80% tubuhnya berupa cairan.

Dalam Islam, air juga menjadi medium penting dalam ibadah, seperti wudhu yang merupakan syarat sah dalam pelaksanaan sholat.

Selain itu, mandi untuk membersihkan diri dari hadas juga menggunakan air, dan bahkan pada saat seseorang meninggal, jasadnya juga dibersihkan dengan air.

Melestarikan Tradisi untuk Generasi Mendatang

Tradisi Siraman Panjang merupakan warisan budaya dan agama yang sangat dijaga oleh Keraton Kasepuhan Cirebon. Selain melestarikan peninggalan sejarah berupa benda pusaka, prosesi ini juga menjadi salah satu cara untuk mengingatkan generasi muda tentang pentingnya menjaga tradisi dan nilai-nilai leluhur.

Setiap detail dalam prosesi ini memiliki makna filosofis yang mengandung nilai-nilai spiritual dan keagamaan, sehingga menjadi salah satu kekayaan budaya yang terus dipertahankan hingga saat ini.

Sebagai bentuk penghormatan terhadap para wali yang berjasa menyebarkan agama Islam, prosesi Siraman Panjang terus dilaksanakan setiap tahun, menjelang puncak perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Cirebon.

Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol kebersihan fisik, tetapi juga kebersihan batin dan spiritual bagi masyarakat Cirebon, khususnya bagi keluarga besar Keraton Kasepuhan. [UN]