Koran Sulindo – TNI akan mempercepat pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) baru TNI AU.
“Untuk pesawat akan segera ditandatangani untuk mendatangkan pengganti pesawat F5 di Lanud Iswahyudi Madiun. Insyaallah Sukhoi,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KASAU), Marsekal TNI Yuyu Sutisna, di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (12/2), seperti dikutip infopublik.id.
Yuyu menargetkan, tanda tangan kontrak untuk pengadaan 11 pesawat tempur itu sudah selesai dalam waktu dekat ini.
“Pengadaan alutsista TNI sudah ditentukan dengan renstra TNI dengan pemerintah. Ada prosedur yang harus dijalankan. Namun komitmen kami saat ini adalah mempercepat pengadaan,” katanya.
Selain Sukhoi, alutsista yang akan didatangkan antara lain radar dan rudal.
Pengadaan alutsista yang harus dirampungkan tahun ini adalah 6 buah radar GCI (Ground Controllod Interception), 2 buah radar pasif, dan drone (pesawat tanpa awak).
Khusus pengadaan radar, TNI AU menargetkan hingga 2025, sesuai Renstra, sebanyak 32 unit sudah ada.
“Sejauh ini sudah ada 20, dan 6 yang tadi saya katakan akan dipercepat pengadaannya. Pengadaan radar dan instalasinya tak semudah bayangan,” kata Yuyu.
Masih Negosiasi
Sementara itu Deputy Direktur Federal Service for Military-Technical Cooperation (FSMTC), Mikhail Petukhov, mengatakan kontrak pembelian antara Rusia dengan Indonesia soal Sukhoi-35 masih dalam negosiasi.
Sukhoi-35 adalah pesawat tempur jarak jauh bermesin ganda.
“Rusia sudah memnuhi persyaratan regulasi Indonesia. Kedua belah pihak kini sedang dalam tahap akhir negosiasi,” kata Petukhov, di Rusia, Senin (12/2/2018), seperti dikutip kantor berita Rusia, TASS.
Situs IHS Jane melaporkan, masalah yang masih menghambat perundingan Sukhoi ini adalah Indonesia hendak membayar separuh harga pesawat itu melalui barter dengan komoditi seperti batubara dan karet senilai $570 juta dolar AS.
Sementara sebanyak $400 juta dolar AS, dibayar dengan pemilikan saham pada industri perawatan pesawat terbang(maintenance, repair and overhaul/MRO.
Kontrak total pembelian pesawat ini sebanyak $1,14 miliar dolar AS, melalui Rostec – perusahaan BUMN milik Rusia. [DAS]