Koran Sulindo – TNI Angkatan Darat menerima delapan helikopter serang AH-64E Apache buatan Amerika Serikat.
Serah terima itu ditandai penyerahan helikopter secara simbolis dari Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu kepada Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang diwakili Aslog Panglima TNI Laksda TNI Bambang Nariyono.
Penyerahan dilakukan di Pangkalan Udara Utama TNI Angkatan Darat Ahmad Yani, Semarang, Rabu (16/5).
Menurut Menhan Ryamizard dengan mengoperasikan Apache sebagai heli serang berteknologi tinggi diharapkan mampu memberikan efek gentar dan memaksimalkan penjagaan kedaulatan negara.
“Kepada TNI saya minta untuk mempelajari pengoperasian Apache agar dapat digunakan maksimal dan dijaga agar masa pakainya dapat lebih lama,” kata Ryamizard.
Ikut hadir dalam serah terima tersebut Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Erin Elizabeth McKee menyebut AS sangat bangga mendukung modernisasi alat utama sistem persenjataan Indonesia.
Ia berharap pengadaan Apache oleh TNI dapat mendukung komitmen kedua negara untuk mewujudkan stabilitas keamanan dan perdamaian kawasan.
“Delapan helikopter Apache dari AS ini adalah bukti lain dari kemitraan strategis kami yang kuat dan terus berkembang,” kata Erin.
Ia menambahkan pengoperasian helikopter ini bakal meningkatkan kemampuan militer Indonesia dengan menyediakan teknologi pertahanan kelas dunia untuk melakukan berbagai operasi.
Mimpi Buruk Embargo
Menjawab kekhawatiran terulangnya embargo militer terhadap Indonesia oleh AS, Erin menyebut embargo terhadap Indonesia adalah masa lalu. Di masa-masa mendatang, AS bakal terus komit mendukung modernisasi alutsista TNI.
“Embargo itu adalah masa lalu, masa yang telah lewat. Sekarang kita berbicara tentang masa depan kerja sama kedua negara yang lebih kuat,” kata Erin.
Pada era 1995 hingga 2005, AS menghentikan semua penjualan senjata termasuk suku cadang yang sangat diperlukan Indonesia untuk meremajakan alutsista buatan AS.
Embargo dijatuhkan menyusul tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Timor-Timor 12 November 1991. Embargo membuat kekuatan tempur TNI merosot tajam karena banyak alutsista yang harus di grounded lataran kekurangan suku cadang.
Di antara alutsista yang mengalamai kemerosotan paling parah adalah jet tempur F-16 Fighting Falcon, dan F-5 Tiger, pesawat angkut militer C-130 Hercules. Bahkan beberapa pesawat Hawk 109-209 buatan Inggris juga tak luput dari embargo.
Embargo membuat banyak pesawat TNI AU tak bisa diterbangkan meski dalam kondisi tergolong baru. Kala itu nyaris sia-sia memiliki armada tempur canggih namun tidak bisa dioperasikan.
Menyiasati embargo tersebut di tahun kedelapan masa embargo, Indonesia mulai melirik produsen alutsista selain AS. Indonesia akhir menggandeng Rusia dengan membeli beberapa jet tempur Sukhoi.(TGU)