Koran Sulindo – TNI Angkatan Darat menerima tiga helikopter serbu AH-64E buatan Boeing Defense yang dikirim melalui Pangkalan Udara Utama TNI AD (Lanumad) Ahmad Yani Semarang.

“Tiga unit pertama dikirim pesawat C-17 Globe Master tiba di Lanumad Ahmad Yani tanggal 18 Desember 2017,” kata Wakil Komandan Puspenerbad  Brigjen Eko seperti dilansir Kompas.com, Selasa (19/12).

Ketiga heli itu termasuk dalam program pembelian delapan unit helikopter oleh serbu oleh Pemerintah Indonesia melalui Foreign Military Sales (FMS).  Pengiriman helikopter itu terbagi dalam dua gelombang dengan pengiriman berikutnya diperkirakan menggunakan kapal laut pada Maret 2018 mendatang.

“Di fase awal, helikopter akan diuji kelaikudaraannya, setelah dinyatakan lulus kemudian akan dipakai untuk pelatihan penerbang dan semua awak pesawat,” kata Eko.

Pembelian delapan helikopter itu diumumkan tahun 2012 setelah pertemuan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan Menlu Marty Natalegawa di Washington 20 September 2012 lalu. Kontrak pembelian kedelapan helikopter itu mencapai 295,8 juta dollar AS.

AH-64 Apache adalah sebuah helikopter dua awak yang sanggup bertempur dalam segala cuaca. Helikopter ini mengusung persenjataan utama berupa sebuah meriam rantai M230 30 mm yang dipasang di bawah moncongnya. Mereka juga bisa mengangkut kombinasi rudal AGM-114 Hellfire dan pod roket Hydra 70 yang dicantelkan pada pilon pangkal sayap.

Embargo

Selama ini hubungan militer Indonesia dan AS khususnya soal pengadaan alat utama sistem senjata diwarnai pasang surut. Indonesia mengalami masa-masa pahit pada era 1995 sampai 2005 ketika AS memberlakukan embargo militer.

Negeri itu menyetop penjualan senjata, termasuk suku cadang atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan TNI di Dili, Timor Timur 12 November 1991.

Akibat embargo itu kekuatan tempur TNI merosot tajam karena banyak alutsista di-grounded lantaran tak punya suku cadang. Kondisi paling parah harus dialami TNI AU yang mayoritas menggunakan alat-alat tempur buatan AS.

Hampir setengah lusin F-16 Fighting Falcon, F-5 Tiger, hingga pesawat angkut militer C-130 Hercules tak bisa diterbangkan sekalipun dalam kondisi baik.

Dalam kondisi kepepet itulah Indonesia ‘digencet’ oleh tetangga-tetangganya baik di utara maupun di Selatan. Australia berkali-kali melakukan pelanggaran ke wilayah Indonesia dengan mengirimkan jet tempur F-18 ke sekitar Nusa Tenggara Timur.

Salah satu insiden paling memalukan adalah peristiwa Bawean ketika tiga pesawat F-18 AL AS yang terbang dari kapal melakukan maneuver yang mengganggu penerbangan sipil di Indonesia dan ogah melaporkan kegiatannya ke pihak berwenang di Indonesia. TNI AU mengirimkan dua pesawat F-16 B untuk mencegat ketiga pesawat tersebut meski dari segi teknologi kedua 16 Indonesia itu kalah jauh.[TGU]