Ilustrasi/CHA

Koran Sulindo – Kampanye memukau penuh militansi bagi calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo di Banyumas, Tegal, dan Brebes menjadi bukti bagaimana kesalahan penetrasi Prabowo-Sandi di Jawa Tengah.

“Masuk Jawa Tengah dan langsung menusuk basis pertahanan Jokowi di Solo Raya adalah kesalahan terbesar Prabowo-Sandi,” kata Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan nomor urut 01, Jokowi-Ma’ruf Amin, Hasto Kristiyanto di Jakarta, Jumat (5/4/2019).

Menurut Hasto,  pasangan lawan itu tidak memahami kultur Jawa. Dengan prinsip becik ketitik olo ketoro, dan menang tanpa ngasorake, akhirnya arus bawah Jokowi-KH Ma’ruf Amin bergerak masif dan militan sebagaimana terlihat di Banyumas, Tegal, dan Brebes. Dalam momentum politik yang pas, militansi pendukung Paslon 01 sangat mengejutkan Paslon 02.

“Apalagi dalam strategi Sandi sendiri begitu banyak politik sandiwara. #SandiwaraUno,” katanya.

Hasto menjelaskan survei internal PDI Perjuangan dalam perspektif nasional,  menunjukkan daya penetrasi Jokowi-KH Ma’ruf Amin di Jawa Barat dengan dukungan PDIP, Golkar, PKB, PPP, Nasdem, Hanura, PKPI, PBB dan PSI bersama para tokoh dan relawan, jauh lebih besar hasilnya dibandingkan gerak Prabowo-Sandi di Jawa Tengah.

“Strategi Prabowo di Jateng dengan menampillan sosok Rustriningsih, yang kemaruk di politik, dimana adiknya pun sudah banyak mendapat kehormatan posisi strategis di Partai, dan tetap merasa tidak puas diri, kini menjadi arus balik perlawanan dari pendukung Jokowi,” katanya.

Hal ini bisa dilihat bagaimana di Jateng bagian Barat yang selama ini di klaim berkiblat ke Sudirman Said ternyata hanyalah klaim di udara tanpa dukungan kekuatan darat.

Demikian halnya dukungan pendukung KH Ma’ruf Amin melalui MUI dan NU ternyata juga sangat signifikan, bersama PKB dan PPP.

“Rakyat Brebes juga mencatat bahwa ketika Sudirman Said menjadi orang penting di Pertamina, dan kemudian menjadi Menteri ESDM, praktis tidak pernah menyentuh desanya sendiri agar berkemajuan. Jadi investasi politik Sudirman Said murni ambisinya sebagai calon gubernur atau sekarang sebagai barisan sakit hati karena diganti Jokowi,” katanya.

Kontestasi akhir pemilu legislatif dan pemilu presiden akan ditentukan oleh investasi politik jangka panjang, dan bukan mendadak atau instan.

“Pada akhirnya, karakter pemimpinlah yang menyebabkan mengapa elektoral Pak Jokowi-Ma’ruf Amin terus meningkat. Terlebih setelah deklarasi Putih adalah Kita, cermin tidak hanya baju Pak Jokowi-KH Ma’ruf Amin yang berwarna putih, namun juga cermin bahwa politik itu diisi hal-hal baik. Semakin mereka menebar hoaks dan fitnah, semakin besar persentase kemenangan Paslon 01,” kata Hasto. [CHA/DAS]

Ilustrasi/CHA