Ilustrasi/Istimewa

Koran Sulindo – PDI Perjuangan akan menggelar perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-46 pada 10 Januari nanti. Mantan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo, mengenang proses konsolidasi dan bagaimana peran Ketua Umum Megawati Soekarnoputri membesarkan partai.

Tjahjo yang kini menjabat Menteri Dalam Negeri, mengenang kembali pengalaman pergulatan ideologisnya di partai. Dia masuk saat partainya masih bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Lalu menjalani reformasi dan pemilu 1999. Diberi kesempatan menjadi wakil sekretaris fraksi di Kongres PDI Perjuangan 2005, dan di kongres berikutnya di 2010, menjadi Sekjen Partai.

Menurut Tjahyo, masa setelah 2004, di saat PDI Perjuangan kalah di pemilu legislatif maupun pemilu presiden, adalah masa pergulatan besar. Di 2004-2014, PDI Perjuangan berada di luar kekuasaan. Sementara godaan untuk menjadi bagian dari kekuasaan sebenarnya sangat besar.

“Kekuatan PDI Perjuangan pada masa 10 tahun itu adalah keteguhan untuk tak tergiur kekuasaan. Prinsip yang diajarkan oleh Ibu Megawati adalah, kalau mau berkuasa, ya berjuang merebut kemenangan secara demokratis,” kata Tjahjo memulai refleksinya, di Kantor Pusat PDI Perjuangan di Jalan Diponegoro, 58, Jakarta, Kamis (3/1/2018).

Kala itu, Megawati memerintahkan kepada Tjahjo agar terus menguatkan konsolidasi partai. Tumpuannya adalah yang disebut sebagai Tiga Pilar Partai. Yakni kekuatan di struktur hingga pengurus anak ranting; kekuatan di legislatif; dan kekuatan di eksekutif.

Dimulailah proses modernisasi kerja partai. Setiap kader didudukkan di salah satu dari tiga kekuatan itu berdasar hasil penilaian ilmiah. Metode psikotes pun diterapkan.

“Jadi sebelum seseorang didudukkan, akan dicek apakah dia cocok di DPR, eksekutif, atau struktur. Itu pakai psikotes. Sekjen, wasekjen, bekerja menggerakkan dan mengorganisir Tiga Pilar Partai. Termasuk menggerakkan masyarakat dan pemilih. Itulah kunci kekuatan politiknya,” katanya.

Tjahjo secara khusus bicara soal Megawati. Banyak yang menuding sosok Megawati sebagai pemimpin keras dan otoriter.

“Faktanya tidak. Megawati adalah sosok demokratis, yang di tiap rapatnya selalu mendorong seluruh peserta menyampaikan pendapat. Baru kemudian beliau memutuskan secara bersama dari hasil pembahasan,” katanya.

Menurut Tjahyo, Megawati adalah orang yang detil.

“Beliau tahu siapa-siapa saja pendiri partai, yang berjasa, yang membela, dan siapa pengkhianat partai,” kata Tjahjo.

Dan Megawati pula yang memastikan, setelah kemenangan di Pemilu 2014, bahwa PDI Perjuangan tak boleh berhenti. Bahwa satu kemenangan itu tidak cukup. Megawati pun memerintahkan agar jangan terbuai, bahwa selama NKRI ada, maka PDI Perjuangan harus tetap bekerja keras menjaganya.

“Maka dengan ultah PDI Perjuangan di 10 Januari, mari lawan racun demokrasi, kampanye dan ujaran kebencian, fitnah. Itulah racun demokrasi yang harus kita lawan. Harus kita sampaikan ke aparat penegak hukum. inilah penjahat demokrasi yang harus kita sadarkan,” ujarnya.

“Pemilu adalah ajang memilih pemimpin yang membawa gagasan kemajuan bangsa demi kemaslahatan rakyat, sehingga kualitas demokrasi makin meningkat.”

Sementara Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang hadir di acara itu, mengamini apa yang disampaikan Tjahjo. Megawati adalah sosok yang memastikan PDI Perjuangan untuk tetap teguh dan kuat walau berada di luar pemerintahan pada 2004-2014. Begitupun peran Tjahjo menjalankan perintah Megawati melaksanakan proses konsolidasi partai hingga adopsi metode modern dalam organisasi partai.

“Ketika Pak Tjahjo menjadi sekjen terjadilah sebuah dukungan dari rakyat yang positif sehingga PDIP menang pemilu yang lalu,” kata Hasto.

Ideologi Demokrasi Partai Politik

Sementara itu seorang akademisi ilmu politik, Ujang Komaruddin, membeberkan hasil risetnya yang sudah dibukukan berjudul “Ideologi Demokrasi Partai Politik” dalam acara itu. Buku itu adalah hasil riset disertasinya mengenai peran PDI Perjuangan dalam pembangunan di Kabupaten Subang. Di buku itu, dia membuktikan bagaimana ideologi yang digagas Soekarno, berhasil diimplementasikan dengan baik lewat kebijakan politik di Subang.

“Ideologi inilah yang membuat kader PDI Perjuangan selalu kuat. Ketika disikat dia tabah, ketika digencet dia selalu mencari jalan keluar, dan ketika berkuasa dia berusaha mewujudkan ideologinya,” ujar Ujang.

Ke depan, Ujang menilai PDI Peruuangan harus menjadi jangkar Indonesia menghadapi tantangan global dan disintegrasi yang besar.

“PDI Perjuangan  harus menjadi kekuatan Indonesia Today and Tomorrow. Kalau tidak, siapa yang menjaga harapan bangsa? Kini cuma PDI Perjuangan satu-satunya parpol nasionalis. Dia harus jadi jangkar kekuatan bangsa,” kata Ujang. [CHA]