Presiden Tiongkok Xi Jinping [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Data resmi pemerintah Tiongkok menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi terjadi dalam tiga dekade terakhir. Juga meningkatnya tingkat pengangguran ketika terjadinya perang utang dan perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun lalu, seperti yang dilaporkan Channel News Asia pada Senin (21/1) berada di level 6,6 persen. Khusus untuk Okotber hingga Desember 2018, pertumbuhan ekonomi Tiongkok menurun menjadi 6,4 persen. Angka ini sama dengan hasil analisis berdasarkan survei dari Badan Pusat Statistik Tiongkok.

Angka itu disebut menjadi bukti perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok. Target pertumbuhan yang ditetapkan pemerintah pada 2018 adalah 6,5 persen. Tingkat pertumbuhan dari September hingga Desember 2018 adalah terendah sejak krisis keuangan terjadi sehingga memicu kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi global secara tajam.

Berdasarkan fakta itu, pemerintah Tiongkok diperkirakan akan membuat kebijakan untuk mencegah perlambatan. Karena itu, aktivitas ekonomi Tiongkok hingga musim panas nanti diperkirakan dalam situasi yang tidak stabil. Ditambah lagi tekanan dari AS untuk menemukan kesepakan sebagai jalan keluar mengakhiri perang dagang.

Dikatakan Kepala BPS Tiongkok, Ning Jizhe, pihaknya memiliki kepercayaan diri dan kapasitas untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Dan stabilisasi perekonomian itu telah tampak dalam dua bulan terakhir.

Perang dagang antara AS dan Tiongkok juga mempengaruhi perlambatan pertumbuhan perekonomian itu. Tingkat konsumsi penduduk berkontribusi sekitar 76,2 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada 2018. Sementara investasi modal menyumbang sekitar 32,4 persen.

Kemudian tingkat pengangguran berbasis survei mencapai 4,9 persen dari jumlah penduduk pada Desember 2018. Angka ini meningkat sedikit dari November yang mencapai 4.8 persen dari jumlah penduduk. Pemerintah juga mengklaim berhasil membuka lapangan pekerjaan dan mampu menyerap 13,61 juta tenaga kerja pada 2018.

Atas dasar fakta ini, pemerintah Tiongkok akan mengumumkan serangkaian rencana kebijakan untuk menjaga stabilisasi pekerjaan mencegah meningkatnya pengangguran. [KRG]