Koran Sulindo – Tiongkok dan lembaga-lembaga keuangan internasional sepakat untuk mempertahankan perdagangan bebas melalui pendekatan multilateralisme. Pernyataan itu menyusul dengan keprihatinan atas perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
Direktur Bank Dunia Jim Yong Kim dan Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde bersama Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang mengatakan, ketidakpastian ekonomi global karena ketidakpercayaan atas perdagangan bebas kemungkinan akan menambah tekanan terhadap ekonomi dunia di masa mendatang.
Ketidakyakinan lantas memengaruhi kepercayaan akan prospek ekonomi global akan lepas dari krisis. Dalam keterangan resminya yang dikutip The Straits Times, Li mengatakan, pihaknya merasa penting untuk menegakkan multilateralisme dan perdagangan bebas saat ini. Pernyataan Li merupakan lanjutan atas pernyataan Presiden Xi Jinping yang berjanji Tiongkok akan lebih membuka pasarnya sebagai bentuk dukungan terhadap perdagangan bebas.
Tiongkok sebagai negara ekonomi terbesar kedua saat ini terlibat perang dagang dengan AS. Kedua negara ini sama-sama membuat kebijakan menetapkan tarif masuk hingga miliaran dolar terhadap produk masing-masing negara.
Kim dan Lagarde menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun ini diperkirakan mencapai 6,5 persen hingga 6,6 persen. Karena perang dagang itu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan hanya tumbuh 6,2 persen pada 2019. Kendati pertumbuhan ekonomi Tiongkok agak melambat, Lagarde meminta Tiongkok untuk terus membangun karena pertumbuhan masih akan kuat karena ditopang konsumsi dalam negeri.
Juga karena eskpor, investasi dan tumbuhnya industri Tiongkok. Ia juga menyarankan agar Tiongkok untuk lebih membuka ekonominya karena tidak hanya demi kepentingan Tiongkok melainkan untuk dunia. [KRG]