Koran Sulindo – Untuk melawan hegemoni kekuatan dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan internasional, berbagai negara mencoba menggunakan mata uangnya masing-masing. Itu yang dilakukan India ketika ingin membeli minyak dari Iran.
Menurut Sputniknews pada Jumat (7/12), AS memang memberi sanksi kepada Iran di sektor energi dan perbankan. Akan tetapi, AS memberi keringan kepada beberapa negara untuk tetap dapat memberi minyak dari Iran. Disebutkan kebijakan tersebut hanya bersifat sementara. Setelah 6 bulan, para pembeli minyak Iran diharuskan untuk beralih ke negara lain jika tidak ingin mendapatkan sanksi dari AS.
India dalam perjanjiannya dengan Iran tentang pembayaran minyak mentah akan menggunakan mata uang nasionalnya bukan dengan dolar. Mengutip koran Business Standard, itulah nota kesepahaman yang ditandatangani antara India dan Iran pada 5 November lalu.
Nota kesepahaman ini menjadi penting karena AS telah mengumumkan sanksi terbaru bagi Iran. Dalam pengumuman itu, AS memberikan keringanan sementara untuk 8 negara termasuk India sehingga tetap dapat membeli minyak mentah dari Iran tanpa dikenai sanksi.
Merujuk kepada sumber Business Standard, dana pembayaran pembelian minyak mentah Iran itu akan dikirim India ke rekening Bank National Iranian Oil Co (NIOC) di Bank Indian UCO. Terlebih separuh dari dana itu akan dibelanjakan Iran untuk mendapatkan barang-barang kebutuhannya dari India.
India merupakan negara pembeli minyak mentah Iran terbesar kedua setelah Tiongkok. India telah mengurangi impor minyak mentahnya dari Iran yang sebelumnya mencapai 452 ribu barel per hari menjadi 300 ribu barel per hari untuk memenuhi syarat yang diajukan AS. Adapun sanksi terbaru yang diberikan AS kepada Iran meliputi sektor energi, perbankan, dan ekspor.
Sementara 8 negara yang selama ini membeli minyak Iran adalah Yunani, India, Italia, Tiongkok, Taiwan, Turki, Korea Selatan dan Jepang. Kedelapan negara itu diberi waktu 6 bulan untuk mengalihkan pembelian minyak mentahnya ke negara lain. [KRG]