Tim Ilmuwan Internasional Menemukan Cara Sederhana untuk Menghapus Kenangan Buruk

Melalui sebuah eksperimen terbaru, tim ilmuwan internasional menyimpulkan bahwa cara ini dapat membantu menghapus kenangan buruk. (Sumber: Pexels)

Kita semua memiliki kenangan buruk. Itu adalah hal yang wajar. Tidak sedikit orang yang ingin menghilangkan ingatan tentang peristiwa tidak menyenangkan atau traumatis, tetapi hal ini seringkali sulit dilakukan. Penyebab utamanya adalah otak secara otomatis memutar ulang kenangan-kenangan itu dalam bentuk kilas balik (flashback).

Untungnya, sebuah tim ilmuwan telah menemukan cara yang dapat membantu kita untuk menghapus kenangan buruk. Caranya sederhana, yaitu mengaktifkan kembali ingatan positif.

Melansir dari Science Alert, tim ilmuwan internasional mengadakan sebuah percobaan yang berlangsung selama beberapa hari. Dalam percobaan ini, tim meminta 37 peserta untuk mengasosiasikan kata-kata acak yang memiliki gambaran negatif.

Tim tersebut lalu menggunakan gambar-gambar yang telah diklasifikasikan sebagai negatif atau positif, seperti gambar cedera manusia atau hewan berbahaya, dan gambar pemandangan alam atau anak-anak yang tersenyum.

Pada malam pertama, tim memulai latihan memori dengan meminta para relawan menghubungkan gambar-gambar negatif dengan kata-kata tidak masuk akal yang telah dibuat sebelumnya. Para peserta kemudian tidur di malam hari untuk menstabilkan memori.

Keesokan harinya, tim ilmuwan mencoba mengaitkan setengah dari kata-kata tersebut dengan gambar-gambar positif dalam benak para peserta.

Selama malam kedua ketika para peserta tidur, tim memutar rekaman kata-kata tidak masuk akal yang telah diucapkan sebelumnya. Pemutaran ini dilakukan ketika peserta memasuki fase tidur non-rapid eye movement (NREM), yaitu fase penting untuk penyimpanan memori. Kemudian para ilmuwan memantau aktivitas otak para peserta menggunakan elektroensefalografi (EEG).

Berdasarkan pantauan, aktivitas theta-band pada otak terlihat melonjak sebagai respons terhadap isyarat memori audio. Lonjakannya secara signifikan lebih tinggi ketika isyarat positif digunakan. Theta-band adalah sebuah frekuensi gelombang otak yang terkait dengan pengkodean dan pemrosesan memori emosional.

Tim ilmuwan kemudian meminta para peserta mengisi kuesioner pada hari berikutnya dan beberapa hari setelahnya. Hasilnya, para peserta kurang mampu mengingat memori negatif yang telah diacak dengan memori positif. Kenangan positif lebih sering muncul di dalam kepala mereka daripada kenangan negatif untuk kata-kata ini, dan dipandang dengan bias emosional yang lebih positif.

“Intervensi tidur noninvasif dengan demikian dapat mengubah ingatan yang tidak menyenangkan dan respons afektif,” tulis para ilmuwan, dikutip dari Science Alert. “Secara keseluruhan, temuan kami dapat menawarkan wawasan baru yang relevan untuk pengobatan ingatan patologis atau terkait trauma.”

Kesimpulan

Penelitian ini masih dalam tahap awal. Percobaan itu sendiri merupakan eksperimen lab yang dikontrol ketat sehingga hasilnya akurat. Akan tetapi, percobaan ini tidak sepenuhnya mencerminkan pemikiran manusia di dunia nyata dan pembentukan memori positif atau negatif.

Misalnya, tim ilmuwan mengatakan bahwa melihat gambar-gambar yang tidak menyenangkan dalam eksperimen lab tidak akan memiliki skala dampak yang sama pada pembentukan memori seperti ketika mengalami peristiwa traumatis. Suatu kejadian buruk yang nyata mungkin lebih sulit untuk ditimpa atau dihapus.

Ini dikarenakan otak menyimpan memori tentang banyak kejadian dan memutar ulang memori tersebut saat tidur. Pemutaran otomatis ini sulit dikendalikan. Dan karena ada begitu banyak faktor lain yang berperan, seperti jenis memori, area otak, dan fase tidur, akan perlu waktu untuk mengetahui bagaimana penyuntingan memori dapat terjadi dan seberapa lama efeknya.

Meskipun demikian, metode penimpaan ini dapat digunakan untuk membantu menekan kenangan-kenangan buruk. [BP]