Koran Sulindo – Para pengawas Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) atau pengawas senjata kimia telah tiba di Douma, Suriah. Kedatangan mereka untuk menyelidiki penggunaan senjata kimia berupa gas saraf yang menewaskan puluhan orang pada awal bulan ini di Douma.
Para pengawas OPCW itu sama sekali tidak berkomentar atas kedatangan mereka di Douma. Menurut VOA, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia berusaha menghalangi para pengawas tersebut untuk menyelidiki penggunaan senjata kimia di Douma yang tak jauh dari Damaskus. Mereka dipersulit untuk menyelidiki dugaan tersebut.
“Para pengawas sadar betul untuk segera menyelidiki dugaan tersebut, karena semakin lama, maka semakin banyak unsur-unsur bahan kimia itu akan hilang,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Heather Nauert seperti dikutip VOA.
Rusia mengecam keras dan menuduh AS bersama Inggris serta Prancis melanggar hukum internasional karena menyerang Suriah. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan, misi AS dan sekutunya itu sama sekali tidak mendapat izin dari Dewan Keamanan PBB.
Pengawas OPCW yang berasal dari AS, Ken Ward mengaku khawatir tugasnya menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia akan terganggu lantaran Rusia telah mengunjungi Douma sebelum mereka. Tentu saja Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov membantah tuduhan Ward itu. Kepada BBC, Lavrov memastikan Rusia sama sekali tidak menghapus apapun di Douma.
AS bersama Inggris dan Prancis hanya mempunya bukti tuduhan penggunaan senjata kimia berdasarkan pemberitaan media dan media sosial. Lavrov membantah tuduhan tentang penggunaan senjata kimia di Douma. Hanya Inggris yang acap menuduh demikian.
AS dan sekutunya menuduh rezim Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia di Douma. Karena tuduhan itu, AS bersama sekutunya menyerang Suriah dengan menembakkan ratusan rudal yang menyasar fasilitas biologi dan kimia Suriah. [KRG]