Koran Sulindo – Otoritas Palestina melaporkan enam orang warganya tewas termasuk seorang komandan militer Hamas menyusul operasi pasukan khusus Israel di Khan Younis di wilayah selatan Gaza.
Juru bicara Hamas menyebut komandan yang terbunuh itu adalah Sheikh Noor Baraka, pemimpin brigade Izzedine al-Qassam yang merupakan sayap militer Hamas di Khan Younis.
Selain membunuh Baraka, serangan komando itu menewaskan enam anggota Hamas lainnya. Mereka menyebut insiden tersebut sebagai ‘serangan pengecut’ Israel.
Menurut Hamas, pasukan khusus Israel menembak dari sebuah kendaraan berjarak sekitar 3 km di Jalur Gaza.
Sementara baku tembak segera pecah akibat serangan tersebut, para saksi mata juga melaporkan tembakan tank dan serangan udara Israel juga diluncurkan ke daerah itu.
Membalas ‘serangan pengecut’ itu Hamas menembakkan sedikitnya 200 roket ke wilayah Israel, 60 roket berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara jarak pendek Iron Dome, sementara sebagian besar roket jatuh ke tempat kosong.
Hamas juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan rudal anti-tank di Jalur Gaza di wilayah Kfar Aza Kibbutz yang mengakibatkan beberapa orang terluka serta seorang tentara terluka parah.
Sementara itu, meski tak menjelaskan detail serangan tersebut, militer Israel menyebut seluruh pasukannya telah ditarik kembali ke pangkalannya masing-masing.
Mereka juga mengonfirmasi seorang tentaranya tewas sementara seorang lainnya terluka.
Tentara Israel yang tewas itu merupakan perwira senior dalam operasi pasukan khusus di Gaza tersebut.
“Kami berutang padanya lebih dari yang bisa diungkapkan” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, memuji komandan yang tewas itu. Netanyahu sendiri akibat operasi militer itu terpaksa memperpendek kunjungannya di Paris.
Mengomentari serangan itu situs berita Israel Haaretz menyebut insiden di Gaza itu merupakan operasi militer dan bukan sebuah percobaan pembunuhan.
Haaretz mempertanyakan mengapa operasi militer itu baru dilakukan sekarang, justru hanya beberapa jam setelah Netanyahu mengatakan ingin menghindari perang.
Respon Terkendali
Di sisi lain, meskipun jatuh korban di kedua belah pihak. Insiden itu tak bakalan mengarah pada operasi skala besar di Gaza. Kuat dugaan para pejabat pertahanan Israel menggunakan operasi pasukan khusus itu untuk menggagalkan pembicaraan tentang kesepakatan Gaza.
Operasi pasukan khusus yang jauh menjangkau ke wilayah di Gaza itu dilakukan di tengah upaya mencapai gencatan senjata jangka panjang di Gaza. Serangan terjadi hanya beberapa jam setelah Netanyahu dalam pidatonya yang panjang meyakinkan kesepakatan di Gaza bisa saja dicapai tanpa peperangan.
Sementara orang-orang Hamas di Gaza segera mengumumkan rincian insiden tersebut, seperti biasa militer Israel memilih bungkam. Menjadi menarik justru dengan tampilnya Mayor Jenderal Al Rousso, bekas komandan Komando Selatan Israel.
Rousso yang menghabiskan sebagian besar karir militernya pasukan elit bersatu selama ini tak pernah tampil kepada publik. Jika kemudian ia memutuskan untuk tampil, jelas ia tengah membantu untuk mengirim ‘pesan’ kepada seseorang.
Dalam keterangannya yang langka itu, Rousso menyangkal bahwa operasi itu merupakan operasi pembunuhan terencana pada komandan Hamas yang tewas. Menurut Rousso, sebagian besar warga tidak menyadari bagaimana militer Israel beroperasi.
“Ini adalah operasi yang berlangsung sepanjang waktu, setiap malam, di semua divisi. Ini adalah operasi yang mungkin terungkap. Bukan percobaan pembunuhan. Kami punya cara lain untuk membunuh,” kata Rousso.
Penjelasan Rousso jelas lebih masuk akal karena operasi itu bisa saja berupa pengumpulan-intelijen terkait infrastruktur militer Hamas seperti terowongan atau pengembangan senjata. Operasi bisa juga terkait pencarian tawanan dan orang hilang di Gaza.
Tentu saja bakal sangat sulit dipercaya dalam situasi seperti itu pejabat politik bakal menyetujui pembunuhan seorang perwira menengah sayap militer Hamas tanpa hasil yang terjamin.
Sejauh ini Netanyahu sudah terlalu banyak berinvestasi untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas dan tak akan menyetujui langkah sembrono itu.
Sepanjang beberapa tahun terakhir Israel terus mengeksploitasi kekacauan di dunia Arab untuk melakukan banyak operasi di seberang perbatasan musuh-musuhnya. Sebagian besar operasi itu tak bakalan dijangkau oleh pemahaman publik.
Namun, fakta bahwa operasi berakhir dengan satu tentara tewas dan seorang lainnya terluka sementara sisa pasukan dengan aman dipindahkan tanpa korban jelas membutuhkan banyak campur tangan.
Itu merupakan wilayah sejauh tiga kilometer penuh kekuatan musuh sebelum mencapai wilayah Israel.
Meskipun jatuh korban di kedua pihak dan balasan Hamas berupa 17 serangan roket, itu tak berarti perundingan Israel-Hamas di ujung tanduk. Sejauh ini Hamas tetap mempertahankan respon yang relatif terkendali kepada setiap serangan Israel.
Respon terkendali menjadi jaminan bagi Israel dan Hamas untuk terus mempertahankan ide tentang gencatan senjata.
Meskipun insiden serangan itu terlihat sangat buruk, sepertinya kejadian itu tak bakal memicu eskalasi dan operasi Israel skala besar ke Gaza.[TGU]