Koran Sulindo – Ketika situasi operasi perang terhadap teroris di Suriah akan berakhir, tiba-tiba kelompok militan itu mengubah bendera mereka. Ini merupakan pencitraan ulang atas kelompok teroris yang mulai terkepung di Idlib sejak Oktober hingga November 2018.
Mereka menyebut bendera mereka sebagai Syrian Revolution Flag yang terdiri atas 3 warna yaitu hijau, putih dan hitam dengan 3 bintang merah. Itu sudah ada sejak 2012 dan menjadi simbol pemersatu sejumlah gerakan besar teroris dan kekuatan oposisi yang lebih kecil. Kelompok di luar ISIS. Dan semuanya kelompok ini berperang untuk menggulingkan Presiden Bashar Al Assad.
Menurut almasdarnews.com, bendera itu mulai populer sejak 2015. Bendera itu dimaksudkan untuk menjadi penegas antara ISIS dengan kelompok militan lainnya. Kontroversial bendera itu tetap menjadi pertentangan antara oposisi yang menyebut dirinya sebagai kelompok “revolusioner” dan kelompok Islam garis keras selama bertahun-tahun.
Seorang pengamat Timur Tengah dan perang di Suriah, Seamus Malekafzali mengatakan, kelompok militan yang disebut teroris oleh pemerintah Suriah kini mengadopsi bendera oposisi dengan menggantikan bintang 3 dengan kalimat tauhid. Lewat akun twitter-nya, ia menilai telah tercapai kompromi antara oposisi dengan kelompok teroris dengan mengibarkan bendera baru itu.
Kompromi antara oposisi dn kelompok teroris itu agaknya dicapai lewat apa yang disebut sebagai “Konferensi Umum Rakyat Suriah”. Lembaga ini mirip dengan majelis rakyat. Selain bendera, Konferensi juga berhasil membentuk apa yang disebut sebagai Badan Penyelamat Suriah.
Oposisi yang berkuasa di Idlib merupakan basis dari Front Al Nusra yang kini berganti nama menjadi Hayat Tahrir Al Sham. Mereka berupaya menghindari kehancuran dengan meniru gerakan “oposisi moderat”. Organisasi ini secara internasional telah ditetapkan sebagai organisasi teroris. Mereka berupaya berhubungan dengan kelompok oposisi agar kelangsungan hidupnya bisa terjaga.
Tentang pergantian bendera itu, boleh jadi sebagai penanda posisi tawar oposisi kian tinggi terhadap kelompok militan. Walau sesungguhnya belum ada penjelasan yang memadai untuk itu. Kemungkinan lainnya adalah bahwa pendanaan dari Amerika Serikat dan Eropa sudah berhenti, terlebih keberadaan mereka sudah tidak lagi menarik bagi Barat. Benarkah? [KRG]