Koran Sulindo – Korban meninggal akibat kelaparan di komunitas adat terpencil Suku Mause Ane di Seram Utara Timur, Maluku Tengah, Maluku bertambah menjadi empat orang menyusul meninggalnya seorang warga bernama Laupia (60).

Sebelumnya tiga orang yang sudah dilaporkan meninggal adalah Lusirue berusia 50 tahun, Asoka bayi berumur dua bulan dan balita bernama Aiyowa berusia 4 tahun.

“Bertambah satu, mungkin karena ada sakit. Kondisinya begitulah,” kata Kepala Dinas Sosial Maluku Sartono Pinning kepada wartawan, Jumat (27/7).

Menurut Sartono mereka yang meninggal bakal mendapatkan santunan yang akan diserahkan kepada ahli warisnya.

“Kemungkinan besar akan dilakukan langkah-langkah konkret berupa pemberian santunan kepada ahli waris. Biasanya kalau yang meninggal itu uang tunai biasanya Rp 15 juta per ahli waris,” kata Sartono.

Suku Mause Ane yang diperkirakan berpopulasi 200 orang mengalami kekurangan bahan makanan akibat panen yang gagal.

Terpencar di tiga lokasi dengan waktu tempuh dua hari perjalanan dari ibu kota kabupaten. Pemerintah berdalih pemukiman yang terisolasi membuat bantuan kesulitan pangan mencapai mereka.

Beberapa laporan menyebutkan, untuk menuju lokasi mereka tinggal, dibutuhkan perjalanan lebih dari sehari dari kota Masohi, ibu kota Kabupaten Maluku Tengah, dengan kendaraan dan kemudian jalan kaki.

Sebelumnya pemerintah pusat berjanji mengirim bantuan makanan dan lainnya kepada warga di yang mengalami bencana kelaparan tersebut.

Gagal panen membuat ratusan warga komunitas adat terpencil mengalami kelaparan sejak awal Juli lalu karena gagal panen dan baru diketahui pemerintah setempat dua minggu kemudian.

Agar tak mati kelaparan banyak di antara mereka yang berdiam di kawasan hutan mengganjal perutnya dengan makan dedaunan. Tak semua bisa bertahan, tiga orang dilaporkan meninggal dunia dengan dua di antaranya adalah balita.

“Mereka bertahan hidup dengan makan daun, rotan dan pohon nibong,”  kata Pendeta Hein Tualena, pimpinan Gereja Protestan Maluku (GPM) di Maneo, Maluku Tengah.

Warga setempat menyebut gagal panen disebabkan oleh gangguan hama tikus dan babi hutan di kebun dan ladang jagung mereka. Hama itu menjadi masalah serius semenjak terjadinya kebakaran di sejumlah daerah  Pulau Seram beberapa tahun silam.

Masalah yang lain yang membuat orang-orang dari Suku Mause Ane sulit mendapatkan akses bantuan yakni kecenderungan sikap mereka yang mencurigai ‘orang luar’.

Terungkapnya kasus kelaparan di Maluku ini mengingatkan gizi buruk di wilayah Asmat, Papua, yang mengakibatkan lebih dari 70 warganya meninggal dunia, awal Januari 2018 lalu.(TGU)