Ilustrasi/Mabes Polri-YMA

Koran Sulindo – Terduga teroris yang ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror bersama dengan Polda Riau di kampus Universitas Riau menargetkan peledakan di Gedung DPR dan DPRD Provinsi Riau.

“Berdasarkan hasil pemeriksaan akan diledakkan di DPRD dan DPR,” kata Kepala Polda Riau, Inspektur Jenderal Polisi Nandang, di Pekanbaru, Sabtu (2/6/2018) malam, seperti dikutip antaranews.com.

Tiga terduga teroris itu, masing-masing berinisial Z, B, dan K, ditangkap tim gabungan di Gedung Gelanggang Mahasiswa FISIP Universitas Riau, Sabtu siang.

Ketiganya adalah alumni Jurusan Pariwisata, Komunikasi dan Administrasi Negara Univeritas Riau, angkatan 2002 hingga 2005.

Dari tangan mereka, polisi menyita 4 bom rakitan yang memiliki daya ledak tinggi. Keempat bom itu memiliki daya ledak tinggi, setara dengan bom yang meledak di sejumlah titik di Kota Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

Saat ini, keempat bom itu telah dijinakkan tim Gegana Brigade Mobil Polda Riau.

Selain itu, polisi juga menyita sejumlah serbuk-serbuk bahan pembuat bom dari gedung yang adalah sekretariat bersama kelembagaan mahasiswa Unri itu.

Ketiga terduga teroris itu sengaja menggunakan kampus untuk menutupi jejak mereka, terutama dalam merakit bom.

“Kebetulan barang bukti ini dirakit di Sekretariat Kelembagaan Gelanggang Mahasiwa. Mereka numpang tidur di mes Mapala Sakai selama sebulan,” katanya.

Polda Riau sebelumnya telah mengonfirmasi penangkapan tiga terduga teroris dari penggerebekan yang dilakukan Gedung Gelanggang Mahasiswa, Universitas Riau, Sabtu siang.

Dari penggerebekan yang melibatkan personel bersenjata lengkap serta turut menurunkan mobil Baracuda dan Gegana itu, polisi turut menyita sejumlah barang bukti. Selain bom yang rencananya akan diledakkan di beberapa titik, turut disita senapan angin, dua busur panah, berikut 8 anak panah.

Penyelidikan 2 Minggu

Kapolda Riau juga mengatakan mulai mendeteksi keberadaan terduga teroris sejak dua minggu terakhir sebelum melakukan penggerebekan.

“Dua minggu sudah dilidik (diselidiki),” kata Nandang.

Awalnya, Polda Riau bersama dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror berencana melakukan penggerebekan itu pada Jumat (1/6/2018), namun urung dilakukan atas dasar beberapa pertimbangan.

“Baru bisa dilakukan hari Sabtu,” ujarnya.

Sebelum menggerebek, polisi terlebih dahulu telah mengumpulkan data siapa, bagaimana, dan bentuk aktivitas mencurigakan di perguruan tinggi negeri terbesar di Riau itu.

“Setelah memperoleh data awal akurat, tentang siapa, bagaimana, akan lakukan apa, sudah diketahui sedari awal, baru digerebek,” kata Nandang.

Sementara itu Rektor Unri, Prof. Dr Aras Mulyadi, tidak menduga adanya tindakan terkait teror di kampusnya.

“Universitas Riau sangat menyayangkan karena tidak ada hal-hal yang mencurigakan selama ini. Apalagi kejadian yang mengarah ke teror ini,” kata Aras, pada jumpa pers di Mapolda Riau, Pekanbaru, Sabtu malam, seperti dikutip antaranews.com.

Unri menyatakan tidak pernah mendukung tindakan yang berkaitan dengan terorisme di kampus tersebut.

Total 41 Teroris

Sebelumnya, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menangkap 41 terduga teroris yang diduga terkait dengan serangkaian bom bunuh diri yang menyerang sejumlah tempat di Kota Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, pada 13 – 14 Mei 2018 lalu.

“Kami bergerak cepat pascaterjadinya serangkaian bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo pada 13 – 14 Mei lalu dan berhasil mengidentifikasi para pelaku,” ujar Kepala Polri, Jenderal Polisi Tito Karnavian, saat memberi sambutan dalam kegiatan Safari Ramadhan di Markas Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya, Kamis (31/5/2018), seperti dikutip antaranews.com.

Dari 41 terduga teroris tersebut, 4 orang di antaranya ditembak mati karena berupaya melawan aparat saat hendak ditangkap.

“Satu lagi terduga teroris asal Probolinggo menyerahkan diri di kepolisian resor setempat karena hidupnya tidak tenang dan merasa dikejar-kejar,” katanya.

Kapolri memastikan kecepatan kerja Polri dalam menangani serangkaian bom bunuh diri yang menyerang sejumlah tempat di Kota Surabaya dan Sidoarjo tersebut dilakukan untuk memberi rasa aman kepada masyarakat.

“Ada beberapa pelajaran yang kita petik dari serangan terorisme di Kota Surabaya dan Sidoarjo. Pertama, betapa kota kita yang indah seperti Surabaya ini ternyata tidak lepas dari incaran terorisme. Kedua, terorisme kini telah melibatkan keluarga, termasuk ibu dan anak-anaknya,” kata Kapolri.

Serangkaian bom bunuh diri di sejumlah tempat di Kota Surabaya dan Sidoarjo dilakukan oleh tiga keluarga, yang menewaskan 13 pelaku. 14 korban tewas dalam kejadian ini selain 42 lainnya mengalami luka-luka. [YMA/DAS]