Koran Sulindo – Pejuang Buddha Rakhine menyerang 4 pos polisi pemerintah Myanmar di Negara Bagian Rakhine ketika sedang memperingati hari kemerdekaan. Rakhine disebut sebagai wilayah konflik kekerasan oleh aparat bersenjata Myanmar terhadap Tentara Pembebasan Rohingya Arakan.
Seperti dilaporkan Channel News Asia pada Jumat (4/1), ketika tentara Myanmar meningkatkan serangannya terhadap Tentara Arakan, etnis Buddha minoritas di Rakhine. Etnis ini mendesakkan kepentingannya tentang otonomi khusus kepada pemerintah Myanmar. Sejak 2017, wilayah Rakhine menjadi ajang kekerasan militer Myanmar terhadap etnis muslim Rohingya.
Belum lama ini, Tentara Arakan dan pasukan pemerintah Myanmar terlibat adu senjata. Akibatnya, menurut catatan PBB, sekitar 2.500 rakyat sipil harus mengungsi dan meninggalkan rumah mereka. Juru bicara Tentara Arakan, Khine Thu Kha mengatakan, pihaknya menyerang 4 pos polisi Myanmar dan membawa 7 jenazah polisi.
Mereka juga menangkap 12 anggota aparat keamanan Myanmar. Aparat tersebut, kata Thu Kha, akan diproses sesuai dengan hukum internasional. Ia menjamin akan menjaga keselamatan 12 aparat keamanan tersebut. Serangan terhadap kepolisian itu sebagai respons atas serangan militer Myanmar terhadap Tentara Arakan dalam beberapa pekan terakhir yang juga menargetkan warga sipil.
Militer Myanmar pada bulan mengumumkan gencatan senjata selama 4 bulan untuk memulai perundingan damai dengan berbagai kelompok bersenjata yang memperjuangkan otonomi. Namun, pengumuman gencatan senjata itu tidak berlaku untuk Rakhine.
Kantor berita milik pemerintah Myanmar melaporkan serangan yang sama juga terjadi pada Selasa lalu dan melukai satu polisi. Juru bicara tentara Myanmar Zaw Min Tun mengatakan, Tentara Arakan menargetkan pos polisi di bagian utara Kota Buthidaung dan Kota Maungdaw, daerah bebatuan yang dekat perbatasan Bangladesh.
Atas serangan itu, pihak militer Myanmar disebut akan melanjutkan operasi keamanannya. Min Tun menolak mengomentari jumlah korban dan berapa aparat yang berhasil ditangkap Tentara Arakan. Dikatakan Min Tun, serangan terhadap pos polisi terjadi setelah beberapa menit bendera nasional Myanmar dikibarkan menandai 71 tahun kemerdekaan dari Inggris.
Sedangkan perwakilan Tentara Arakan, Khine Thu Kha memastikan, serangan itu tidak direncanakan bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Myanmar. Thu Kha mengklaim, etnis minoritas Buddha Rakhine belum merdeka sehingga peringatan kemerdekaan Myanmar bukan bagian dari mereka. [KRG]