Koran Sulindo – Menyambut Hari Kartini tanggal 21 April, calon wakil gubernur Jawa Timur Puti Guntur Soekarno berziarah ke makam Kartini di Rembang.
Puti menyebut selama ini dirinya memang mengidolakan tokoh emansipasi itu sekaligus meneladani cita-citanya. “Semangat beliau tak pernah padam bahkan makin terang di era milenial,” kata Puti Guntur, di Rembang , Jawa Tengah, Jumat (20/4).
Lokasi makam Kartini terletak di sebuah bukit di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, persis di sebelah jalur utama Rembang-Blora.
Di tempat itu Puti menaburkan bunga di makam sekaligus mendoakan tokoh itu agar diberikan tempat mulia di sisi Tuhan.
“Kita mensyukuri kelahiran Ibu Kartini yang di belakang hari berperan penting dalam sejarah bangsa, terutama dalam peran emansipasi perempuan,” kata Puti.
“Selamat memperingati Hari Kartini bagi seluruh perempuan Indonesia. Selamat mengembangkan peran di semua sektor kehidupan. Semoga Indonesia Raya semakin jaya ke depan,” kata Puti Guntur.
Menurut Puti, Kartini melampaui jaman dengan mempraktikkan cara berpikir yang out of the box yang tidak lazim di jamannya karena tertarik dengan cara berpikir kaum perempuan Eropa.
“Ibu Kartini juga ingin mengangkat kaum perempuan pribumi, yang saat itu perannya masih sangat terbelakang. Kartini adalah sosok Srikandi yang sangat mencintai kaum dan bangsanya. Api nasionalisme menyala pada dirinya. Pikiran-pikirannya penuh humanisme,” kata Puti.
Turut mendampingi Puti Guntur, Sekretaris DPD PDI Perjuangan (PDIP) Jawa Timur, Sri Untari Bisowarno. “Bagi Mbak Puti, semangat Kartini semakin meneguhkan hati untuk terus melangkah, menatap tugas-tugas ke depan,” kata Untari.
Selain mengunjungi makam, Puti juga berkunjung ke rumah yang sering disinggahi Kartini dan melihat-lihat seisi rumah, termasuk kamar yang menjadi tempat istirahatnya.
Di rumah itu Puti Guntur bertemu istri Janarto yang merupakan anggota keluarga besar Bupati Rembang Djojo Adiningrat, suami Kartini. “Biasanya saat memperingati Hari Kartini, kerabat keluarga ada yang datang di rumah ini,” katanya.
“Semoga Mbak Puti Guntur Seoekarno dan Saifullah Yusut terpilih menjadi Gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur,” katanya sembari menunjukkan foto kakeknya dengan Bung Karno kala bersekolah di HBS Surabaya.
Kartini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden No.108 Tahun 1964 tanggal 2 Mei 1964 oleh Presiden Soekarno. Bung Karno juga menetapkan hari kelahiran Kartini sebagai hari besar yang diperingati secara nasional.
Sebelum usianya yang ke 20, Kartini banyak melakukan korespondensi dengan kawan-kawan dia di Belanda. Ia juga melahap koran, buku dan majalah terbitan modern. Pemikiran-pemikiran modern telah diserapnya di usia sangat muda.
Buku berjudul: Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta, karya Multatuli, tak luput jadi bacaan Kartini. Buku itu mengisahkan perlakuan buruk pemerintah kolonial Belanda pada bangsa pribumi Jawa.
Kartini meninggal dunia pada usia sangat muda yakni di usia 25 tahun ketika melahirkan putera pertamanya dari perkawinan dengan Bupati Rembang K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat.
Setelah meninggal, surat-surat Kartini dikumpulkan menjadi buku oleh Mr. JH Abendanon. Buku itu ditulis ulang dalam Bahasa Melayu oleh Armijn Pane, sastrawan Pujangga Baru ber judul: Habis Gelap Terbitlah Terang.
Komponis dan pencipta lagu Indonesia Raya WR Soepratman juga terinspirasi menciptakan lagu Ibu Kita Kartini, yang semakin mengabadikan tokoh perempuan itu.
Sastrawan Pramoedya Ananta Toer juga menulis buku yang mengisahkan kehidupanya dalam sebuah buku berjudul, Panggil Aku Kartini Saja. [CHA/TGU]